Home Gaya Hidup IAIN Surakarta: Sikapi Disertasi Abdul Aziz secara Ilmiah

IAIN Surakarta: Sikapi Disertasi Abdul Aziz secara Ilmiah

Solo, Gatra.com - Pengajar IAIN Surakarta Abdul Aziz menulis disertasi ‘Konsep Milk Al-Yamin Muhammad Syahrur Sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Nonmarital’ untuk meraih gelar doktor di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Penelitian ini membahas pemikiran pemikir Islam asal Suriah, Muhammad Syahrur, yang menyatakan hubungan intim tanpa nikah dalam batas tertentu sah dalam Islam.

Pihak IAIN Surakarta meminta karya Aziz disikapi sebagai karya ilmiah. Sejumlah akademisi IAIN Solo pun menganggap Aziz sosok yang terbuka akan kritik.  Sebagai dosen, ia dikenal pengajar yang kritis, aktif berdiskusi, dan berpandangan terbuka. "Dia aktif diskusi bersama teman-teman dosen di fakultas," ucap Sidik, dosen Waris Islam di Fakultas Syariah IAIN Surakarta, Selasa (4/9).

Menurut Sidik, materi disertasinya tentang pemikiran Syahrur, terutama soal konsep milk al yamin tersebut juga menjadi bahan diskusi. Namun, kata Sidik, sejumlah  dosen, termasuk mereka yang memberi perhatian pada gagasan feminisme, menolak gagasan Syahrur yang dijabarkan Aziz. "Teman-teman dosen fiqih juga banyak yang mengkritisi," ucap Sidik.

Baca Juga: UIN Yogya: Disertasi Seks Non-nikah Tabrak Prinsip Akademik

Toh, banyak kolega dosen IAIN Solo menaruh hormat pada Aziz. Sebab Aziz termasuk dosen yang aktif mengikuti, bahkan memimpin diskusi pemikiran Islam. Aziz juga dikenal sering mengajak mahasiswanya berdiskusi  saat mengajar. ”Aziz bukan orang yang tidak bersedia dikritik. Dia terbuka,”ucap Sidik.

Mashrukhin, dosen hukum di Fakultas Syariah IAIN Surakarta, mengenal Aziz sejak kuliah S1 dan menjadi rekan satu kos. Aziz disebut pengajar IAIN Surakarta yang paling awal mengambil studi S2. Sejak mahasiswa, menurut Mashrukin, Aziz juga sudah kritis, rajin diskusi, dan punya pemikiran terbuka. ”Keterbukaan ini membuat daya pikirnya tinggi,” katanya.

Aziz mempertahankan disertasinya di sidang disertasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu (28/8), dengan nilai memuaskan, kendari sejumlah promotor dan penguji taks sepakat dengan gagasan Syahrur yang diuraikan Aziz. Namun belakangan Aziz diminta merevisi penelitiannya itu sebagai syarat kelulusan.

Baca Juga: Soal Seks Tanpa Nikah Sah dalam Islam, Ini Kata UIN Yogya

Saat dihubungi Gatra.com, Rektor IAIN Surakarta Mudhofir enggan berkomentar tentang disertasi Aziz. Dirinya meminta Gatra.com mengutip pendapatnya  di Harian Solopos, Selasa (3/9). Di tulisan itu, Mudhofir mengatakan ilmu dikembangkan bukan sekadar untuk ilmu, tapi mempertimbangkan aspek nilai.

Ia menulis bahwa materi disertasi Aziz sebenarnya sudah kerap dibahas dan gagasan itu merupakan karya ilmiah. Menurut Mudhofir, subjektivitas, pilihan-pilihan kesimpulan, kecenderungan filsafat, pandangan yang dianut, bahkan pengalaman-pengalaman pribadi, pasti banyak mewarnai disertasi ini.

”Perlakukan disertasi ini sebagai karya ilmiah yang belum selesai dan bukan final. Masyarakat tidak boleh mengkriminalisasi penulis, para penguji disertasi, maupun institusi. Menyikapi disertasi ini harus secara ilmiah pula. Kebebasan berpendapat atau freedom of speech tetap berlangsung dengan menjaga tata krama bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” kata Mudhofir.

 

1259