Home Ekonomi UE Beri Kesempatan RI Buktikan Sawit Berkelanjutan

UE Beri Kesempatan RI Buktikan Sawit Berkelanjutan

Jakarta, Gatra.com – Uni Eropa (UE) akan mempertimbangkan pencabutan status kelapa sawit sebagai tanaman berisiko. Perubahan penggunaan lahan tidak langsung (ILUC) tinggi, jika Indonesia berhasil mengendalikan konversi pada lahan bercadangan karbon tinggi seperti hutan, lahan gambut, dan lahan basah untuk pengembangan kelapa sawit. Hal ini membuka peluang bagi Indonesia untuk membuktikan, Indonesia sudah melakukan budidaya sawit secara berkelanjutan.

“Apabila Indonesia berada pada jalur yang benar, kami berterima kasih atas hasil [penelitian] baru nanti,” ujar Konselor Perubahan Iklim dan Lingkungan UE untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Michael Bucki dalam konferensi pers di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (5/9).

Bucki berujar, pihaknya akan kembali mengeluarkan laporan terkait ILUC pada 2021 dan 2023. Hasil ini akan menjadi pertimbangan apakah kelapa sawit tetap berisiko tinggi atau tidak. Ia menjamin laporan yang disampaikan pihaknya transparan.

“Ketika bahan baku tersebut teridentifikasi (berisiko tinggi), maka biofuel [bahan bakar nabati] tersebut harus disertifikasi,”katanya. Sertifikasi tersebut dilakukan untuk menjamin budidaya kelapa sawit yang berkelanjutan.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengenal dua jenis sertifikat yaitu Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) yang merupakan standar internasional dan Indonesian Sustainable Palm Oil (IPSO) yang dikeluarkan Indonesia.

“Salah satu perhatian kita dalam jangka panjang adalah isu iklim,lingkungan, dan produksi yang berkelanjutan,” tuturnya.

Kuasa Usaha Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Charles Michel Geurts mengatakan, saat ini pasar Eropa semakin banyak yang peduli mengenai isu lingkungan dan kesehatan seperti yang terjadi dalam kampanye produk bebas sawit, bebas pestisida, bebas gula, dan bebas gluten.

“Indonesia sebaiknya mendengar permintaan pasar Eropa. Semakin banyak konsumen ingin tahu apa yang merkea konsumsi dan dampaknya terhadap iklim dan deforestasi,” tuturnya.

Berdasarkan laporan dari Komisi Eropa, kelapa sawit merupakan tanaman dengan penggunaan lahan yang memakai stok karbon tertinggi pada 2008-2016, yaitu sebesar 45% lahan yang sebelumnya hutan pada tahun 1989. Di bawah kelapa sawit, ada kedelai yang hanya menggunakan 8% lahan.

 

1086