Home Ekonomi Indonesia Tak Dilirik Investor Asing, Ada Apa?

Indonesia Tak Dilirik Investor Asing, Ada Apa?

Jakarta, Gatra.com - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Muhammad Nawir Messi menilai Indonesia tak dilirik oleh investor asing. Menurut catatan Bank Dunia, dari 33 pabrik yang direlokasi dari Cina, tidak ada satupun yang pindah ke Indonesia. 

Nawir berpendapat hal ini disebabkan tidak kompetitifnya iklim investasi di Indonesia dibanding negara-negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

"Kita perlu meyakinkan investor-investor asing tentang kepastian. Kita perlu mengirim sinyal kepada pasar internasional bahwa kita punya rezim investasi yang tak berubah-ubah," terangnya kepada Gatra.com, Senin (9/9).

Baca Juga: Kunci Investasi Vietnam: Perizinan dan Pemda yang Aktif

Selama ini, kebijakan investasi di pusat dan daerah kerap berbeda, sehingga menghasilkan rezim investasi yang berbeda. Nawir menceritakan beberapa investor asing  membutuhkan waktu bertahun-tahun mengurus perizinan di pemerintah pusat dan daerah.

Dia menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam menggalakkan masuknya investasi. Dengan demikian timbul sinergi diantara keduanya. "Ini memerlukan perhatian serius Presiden,. Sehingga rezim investasi Indonesia single regime (rezim tunggal)," ujarnya.

Beberapa negara diketahui sudah melakukan reformasi untuk menarik investasi asing. Ambil contoh Vietnam yang menghapus batas kepemilikan, padahal sebelumnya 49%. Mereka juga gencar melakukan relaksasi dalam dua tahun terakhir.

Baca Juga: Pembangunan Infrastruktur Belum Mampu Tarik Investor

Sementara itu, upaya relaksasi yang dilakukan pemerintah Indonesia seringkali diiringi dengan regulasi lain yang menghambat. Ia menambahkan birokrat seringkali melakuakan pencabutan regulasi dalam bentuk diskresi yang di luar aturan. Menurutnya, hal ini malah dapat menghambat proses administrasi.

"Ini bukan masalah layak atau tidak layak [investasi]. Tapi asing enggak melirik kita," ujarnya.

Nawir berpendapat persoalan-peesoalan lebih mendesak dilakukan dibandingkan sekedar penerapan tax holiday (pemotongan pajak). "Dalam konteks perang dagang itu [Indonesia] telat menyiapkan diri. Relokasi-relokasi industri sudah jalan, tapi kita tak berbenah," kritiknya.

231