_thumb.jpg "Koalisi Musisi Gelar Aksi Bela Palestina di Depan Kedubes AS, Tunjukkan Solidaritas untuk Gaza")
Jakarta, Gatra.com - Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor mengatakan bahwa presiden harus mau membuka diri terkait konflik di Papua. Firman menyarankan agar presiden melakukan semacam perjalanan perdamaian bersama mahasiswa Papua beserta pihak-pihak yang kritis.
"Membuka diri sebagai bapak bangsa, sebagai pimpinan pemerintah untuk menerima semua keluhan. Jangan hanya untuk kepentingan menang politik saja kita melakukan apa pun, tapi untuk kepentingan bangsa kita juga harus dilakukan," kata Firman ketika dikonfirmasi Gatra.com, Jumat (13/9).
Firman melanjutkan bahwa pada dasarnya, pertemuan merupakan suatu bentuk simbolik. Sama halnya dengan pertemuan antara Jokowi dan Prabowo. "Kalau itu saja bisa, masa sama Papua enggak bisa sih? Apa bedanya?" jelasnya.
Menurut Firman, akan lebih elok bila Presiden Joko Widodo mampu merubah situasi dengan memberikan perhatian lebih untuk warga di Papua. Misalnya, ujar Firman, secara simpatik berkunjung ke kelompok-kelompok tertentu.
"Memang itu mungkin tidak langsung bisa menjadi obat yang langsung tokcer. Tapi segala hal itu ada pintu pembukaannya. Pintu pembukaan itu bisa melalui itu. Melalui hal-hal simpatik," tambahnya.
Dari konflik meletus hingga saat ini, Jokowi masih menunda keberangkatan, dengan alasan keamanan yang belum stabil. "Masalah perspektif keamanan itu disingkirkan dulu deh. Tunjukan kepada masyarakat Papua dan dunia bahwa pemerintah serius menangani masalah ini dengan wajah yang sangat manusiawi," tambahnya.
