Home Ekonomi Jawa dan Sumatera Masih Jadi Lirikan Investor, Ini Alasannya

Jawa dan Sumatera Masih Jadi Lirikan Investor, Ini Alasannya

 
Jakarta, Gatra.com- Pulau Jawa dan Sumatera masih menjadi lirikan investor.  Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Bambang Brodjonegoro menuturkan, penyebab utama karena Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kedua kawasan masih tinggi. 
 
"Kontribusi PDRB Pulau Jawa dan Sumatera ini tetap mendominasi, angkanya tidak pernah turun di bawah 80% dari PDB Indonesia. Nah, ini berbanding terbalik dengan wilayah Kalimantan dan Sulawesi, atau di Maluku dan Papua," kata Bambang dalam dialog Ibu Kota Negara Baru, kantor PPN/Bappenas, Jakarta Selatan, Senin (16/9).
 
Menurutnya, dominasi Pulau Jawa dan Sumatera menjadikan kedua pulau ini berpeluang lebih besar dibandingkan daerah lainnya. Terutama untuk mendapatkan investasi. Sebaliknya, peluang Maluku akan semakin sempit, karena kontribusinya kepada PDB Indonesia hanya sekian persen saja.
 
Merujuk data Bappenas, sejak tahun 1983, kontribusi PDRB di Pulau Jawa dan Sumatera selalu berada di atas 80%. Penurunan hanya terjadi sekali, pada saat krisis ekonomi pada tahun 1998 menjadi 79,8%. Namun, setelahnya PDRB Pulau Jawa dan Sumatera kembali normal, di atas 80%.
 
"Pada tahun 1983 sebesar 81,8%, [tetapi] 35 tahun tidak bergerak. Masih 80,1% di 2018. Ketimpangan antardaerah tidak pernah disentuh. Tahun 1998 turun sebesar 79,8%, kemudian naik lagi," ujar Bambang.
 
Meski begitu, dominasi Pulau Jawa dan Sumatera terhadap PDB Indonesia tidak sepatutnya dibanggakan oleh pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia. Dari kenyataan itu menunjukkan, ketimpangan antardaerah masih sangat tinggi. Hal itu kemudian menimbulkan ketidakadilan di beberapa daerah di luar Jawa dan Sumatera.
 
Oleh karenanya, Bambang menjelaskan, dengan pemindahan Ibu Kota ke Kalimatan Timur itu lah yang dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi ketimpangan antardaerah. Dengan begitu, peluang investasi akan ikut bergeser, dari yang semula berpusat di Jawa, berpindah menjadi di Kalimantan, dan meluas di beberapa daerah di sekitarnya.
 
"Pertama mungkin akan ke Kalimantan, itu investasi bisa meningkat sekitar 35%. Kemudian, kalau sudah merata, baru ke Indonesia seluruhnya. Bisa meningkatkan sebanyak 5% dari total investasi yang sekarang," imbuh dia.
136