Home Internasional Erdogan, Putin dan Rouhani Setujui Langkah Damai di Suriah

Erdogan, Putin dan Rouhani Setujui Langkah Damai di Suriah

Ankara, Gatra.com - Para pemimpin Turki, Rusia dan Iran bertemu di Ankara melakukan kesepakatan untuk meredakan ketegangan di wilayah Idlib, Barat Laut Suriah. Perbedaan pendapat antar negara ini bertahan begitu lama disebabkan adanya ancaman dari ISIS. 

Seperti di lansir Reuters, Selasa (17/9), pertemuan tiga negara ini bertujuan untuk menghentikan pertempuran yang telah berlangsung selama kurang lebih delapan tahun. Baru-baru ini terdapat serangan oleh pasukan pemerintah Suriah yang berisiko memperdalam kekacauan regional dan mendorong gelombang migran baru ke Turki.

"Kita berada dalam periode dimana kita perlu mengambil lebih banyak tanggung jawab dalam perdamaian di Suriah. Kita (tiga negara) perlu memikul beban lebih," ujar Presiden Turki, Tayyip Erdogan. 

Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Iran, Hassan Rouhani telah mendukung Presiden Suriah, Bashar al-Assad melawan pemberontak. Disisi lain, Erdogan bersama dengan Amerika Serikat, dan sekutu Eropa serta Arab, telah mendukung faksi pemberontak. 

Pada hari Senin (16/9) kemarin, ketiga pemimpin negara itu mengatakan, mereka khawatir tentang risiko memburuknya situasi kemanusiaan di Idlib dan sekitarnya. Oleh karena itu, mereka sepakat mengambil langkah konkret untuk menghentikan pelanggaran perjanjian yang telah di bicarakan. 

Kendati demikian, perselisihan masih saja terjadi di Suriah. Khususnya dengan adanya ancaman dari ISIS, yang mana Erdogan mencoba untuk menyingkirkan mereka. 

"Tentu saja, kami khawatir dengan situasi di timur laut Suriah, tempat sel-sel tidur ISIS muncul," kata Putin setelah Erdogan mengatakan, satu-satunya ancaman di Suriah utara adalah dari kelompok militan Kurdi.

Pernyataan bersama itu tidak membahas serangan pada hari Sabtu (14/9), terhadap dua fasilitas minyak Aramco di Arab Saudi oleh kelompok Houthi yang berpusat di Iran. 

Sementara itu, Hassan Rouhani menyebut serangan itu sebagai tindakan balasan kepada orang Yaman yang menyerang negara mereka.

"Serangan-serangan itu merupakan tanggapan terhadap agresi terhadap Yaman selama bertahun-tahun," tutur Presiden Iran ini.
 

107