Home Gaya Hidup Satu Abad, Lumpia Gang Lombok Tetap Digemari Pembeli

Satu Abad, Lumpia Gang Lombok Tetap Digemari Pembeli

Semarang, Gatra.com-Salah satu makanan khas Kota Semarang adalah lumpia. Wisatawan dari luar kota menjadikan makanan sebagai oleh-oleh yang wajib dibawa pulang.

Lumpia adalah makanan yang terbuat lembaran tipis tepung gandum yang di dalamnya berisi racikan rebung (bambu muda), ayam, udang, dan telur.

Penjual makanan lumpia banyak dijumpai di sejumlah lokasi di ibu kota Provinsi Jawa Tengah (Jateng) ini, seperti di Jalan Mataram, Jalan Pandanaran, dan Jalan Pemuda.

Dari sekian banyak penjual makanan tersebut yang paling melegenda adalah lumpia di Jalan Gang Lombok No. 11, Purwodinatan Semarang yang berdekatan dengan klenteng tertua di Semarang Tay Kak Sie.

Menempati sebuah bangunan tidak begitu luas, sekitar sekitar 3 meter X 2,5 meter, lumpia Gang Lombok selalu ramai diserbu pembali yang datang dari sekitar Semarang dan luar kota.

Pembali bahkan rela antri hingga berjam-jam demi untuk menikmati makanan yang terkenal kelezatannya tersebut.

Keberadaan lumpia Gang Lombok tersebut konon telah lebih dari satu abad atau 100 tahun. Saat ini dikelola generasi keempat, yakni Untung Usodo, 55.

“Sejak kakek buyut sudah berjualan lumpia di sini (Gang Lombok). Jadi sudah 100 tahun lebih. Saya sebagai generasi keempat,” kata Untung kepada Gatra.com di warungnya Gang Lombok Semarang, Jumat (20/9).

Untung sejak 2013 silam, menggantikan ayahnya Purnomo Usodo mengelola lumpia Gang Lombok sampai sekarang. Sedangkan Purnomo Usodo meninggal dunia pada 2016.

Meski telah berusia ratusan tahun, lumpia Gang Lombok sampai sekarang masih tetap eksis bertahan di tengah persaingan ketat bisnis kuliner.

Menurut Untung, tidak ada resep khusus untuk memperthankan usaha warisan keluarga. Ia hanya menjaga rasa lumpia tetap sama, tidak berubah.

Daya tarik lumpia Gang Lombok adalah aroma rebungnya tidak berbau pesing atau langu saat dimakan. Demikian pula dengan udang dan telur tidak berbau amis.

“Agar rebung tidak berbau pesing dicuci berulang kali menggunakan air yang banyak hingga benar-benar bersih,” ujarnya.

Penggemar lumpia Gang Lombok, lanjut ia, tidak pernah sepi. Setiap hari selalu ramai pembeli. Kepadatan pembeli terjadi pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu.

Pada hari biasa menjual rata-rata mampu menjual 500 biji lumpia, sedangkan pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu, penjualan meningkat mencapai 1.000 biji lumpia.

Buka setiap hari mulaui pukul 08.00 WIB-17.00 WIB, pembeli dapat memilih lumpia basah yang dapat bertahan 12 jam dan lumpia goring yang bertahan 24 jam dengan harga sama Rp 17 ribu per biji.

Pembeli dapat makan di warung yang disajikan dengan tambahan daun selada segar, cabai rawit, dan daun bawang serta saus dari tepung maizena, kecap, dan bawang putih yang menghasilkan cita rasa lezat.

“Lumpia Gang Lombok dijamin halal tidak mengandung babi. Kami juga tidak buka cabang di tempat lain,” kata Untung.

Dalam menjalankan lumpia Gang Lombok, Untung dibantu adiknya Titin, serta anak nomor satunya Vincen, dua keponakan, dan dua tenaga kerja.

Vincen, 22, menyatakan akan meneruskan usaha orangtuanya tersebut sehingga memilih tidak melanjutkan sekolahnya di SMK Mataram Semarang.

“Saya tidak pandai di sekolah sehingga memilih membantu usaha ayah,” ujar Vincen yang sudah mahir memasak lumpia.

6183