Home Gaya Hidup Literasi Baca Indonesia Rendah Rawan Jadi Sebaran Hoaks

Literasi Baca Indonesia Rendah Rawan Jadi Sebaran Hoaks

Padang, Gatra.com - Akhir-akhir ini, sebaran hoaks makin marak. Akibatnya, banyak yang menjadi korban penyebaran berita yang tidak benar tersebut. Termasuk di Tanah Air sebagai pemegang rekor terbesar keempat pengguna internet di dunia.

Terkait hal itu, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Padang, Google News Initiative, dan Internews  menggandeng Asosiasi Pers Mahasiswa (Aspem) Sumatera Barat (Sumbar), dalam menggelar Hoax Busting and Digital Hygiene di Gedung MKU Universitas Negeri Padang (UNP), Sabtu (21/9).

Terselenggaranya kegiatan ini, dengan tujuan memberikan pemahaman dalam menyikapi persoalan hoaks yang berkambang di tengah masyarakat saat ini. Terutama bagi generasi muda yang dikenal dengan sebutan kaum milenial saat ini.

"Kita memang rawan diserang hoaks, untuk itu kita harus pandai menyikapinya. Salah satunya, dengan melakukan verifikasi pada sumber data yang benar," kata jurnalis Media Indonesia, Hendra Makmur yang menjadi pemateri waktu itu.

Ia menerangkan, berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2018, pengguna internet di Tanah Air mencapai 171.17 juta jiwa. Jumlah itu 64,8 persen dari 264.16 juta jiwa jumlah populasi Indonesia.

Hendra melanjutkan, dari hasil survei APJII itu pengguna internet di Indonesia didominasi pulau Jawa, yakni 55 persen. Kemudian diikuti 21 persen di pulau Sumatra, 10 persen di Indonesia Timur, 9 persen dari daerah Bali dan lainnya.

Dari hasil survei itu, pengguna internet di Indonesia 10,12 persen per tahun, dengan pertumbuhan 27 juta per tahunnya. Adapun alasan menggunakan internet, 24,7 persen untuk komunikasi, 18,9 untuk media sosial, dan 11,5 persen untuk mencari informasi lowongan kerja.

Sementara tingkat literasi atau kemampuan membaca di Tanah Air di urutan ke-60 dari 61 negara, atau hanya 0,001 persen. Data tahun 2012 orang Indonesia yang memiliki minat baca hanya 250 ribu jiwa. Mirisnya lagi, data 2014 menunjukkan orang Indonesia hanya mampu membaca 27 halaman buku per tahun.

"Indonesia urutan keempat terbesar pengguna internet di dunia, tapi tingkat literasi peringkat ke-60 di dunia. Makanya potensi termakan hoaks sangat besar, sebab dari data APJII 14,1 persen atau 1-4 jam waktunya digunakan untuk internet," terangnya.

Terkait fakta itu, Hendra menyarankan, untuk meminimalisir hoaks harus dimulai dengan mencerdaskan masyarakat terlebih dahulu. "Salah satunya dengan meningkatkan literasi. Jaga daya baca saja rendah, tentu tidak mampu menyaring banyaknya informasi yang ada," imbuhnya.

Kemudian, Jurnalis TVOne, Donal Meisel menambahkan perlunya kehati-hatian dalam mengakses internet. Baik menggunakan tools google, maupun selain tools yang disediakan google. Pasalnya, semakin cerdas smartphone yang dipakai, maka tingkat keamanan semakin lemah.

"Saat ini, jika sudah memiliki smartphone, apapun tentang penggunanya bisa dilacak. Artinya, tingkat keamanan semakin lemah. Apalagi bagi yang tidak bisa lepas dari handphone, anak sosialitas misalnya, itu mudah sekali diketahui kesehariannya," kata Donal.

Kendati demikian, menurutnya ada cara-cara yang harus dilakukan agar kehidupan pengguna tidak mudah dilacak. Misalnya, tidak menyimpan e-mail atau nomor kontak di akun media sosial. "Kalau untuk tingkat keamanan akun, sebaiknya pakai password yang rumit, update aplikasi terbaru, dan mengganti password secara berkala," usulnya. 

399