Home Gaya Hidup Sejarawan: Jangan Jadikan Ciliwung Tong Sampah Raksasa

Sejarawan: Jangan Jadikan Ciliwung Tong Sampah Raksasa

Depok, Gatra.com - Sejumlah elemen masyarakat sipil Kota Depok menggelar kegiatan bertajuk "Nelusurin Sejarah, Mungutin Sampah" di Jembatan Panus, Depok, Jawa Barat, Minggu (29/9). Kegiatan ini merupakan upaya membangun kesadaran anak-anak muda tentang sejarah dan kecintaan kepada alam lingkungan kota tersebut. 

Koordinator acara, Nor Hiqmah mengatakan, kegiatan ini juga untuk mengkampanyekan Depok sebagai kota multikultural. Kegiatan di Jembatan Panus kali ini, lanjutnya, merupakan upaya untuk menunjukkan bahwa Kota Depok adalah kota yang beragam, baik dalam sejarah maupun kehidupan masyarakat. 

"Kegiatan ini dimaksud untuk mengenalkan sejarah Ciliwung, sebagai pintu masuk keberagaman di Depok, sekaligus menumbuhkan kecintaan pada kebersihan lingungan, secara bersama dari beragam latar belakang kaum muda dan masyarakat di kota Depok," ujarnya. 

Sementara itu, Sejarawan JJ Rizal yang juga turut hadir dalam kegiatan tersebut mengungkapkan, Jembatan Panus adalah bagian dari situs sejarah besar Sungai Ciliwung. Selain itu dia menuturkan, Sungai Ciliwung telah membuat masyarakat Depok sejatinya adalah masyarakat sungai. 

"Depok pertama kali melakukan interaksi dengan dunia luar itu melalui Ciliwung. Karena itu beberapa situs sejarah dapat kita temukan dengan mudah di Ciliwung," tuturnya. 

Namun, Rizal menyayangkan kenyataan tersebut telah dilupakan oleh masyarakat. Dia menilai bahwa hari ini Ciliwung yang seharusnya menjadi situs sejarah besar, justru tidak terawat dan penuh dengan sampah. 

"Seharusnya dengan nilai sejarah yang besar, Ciliwung tidak menjadi seperti sekarang. Ciliwung dijadikan tong sampah raksasa," tambahnya lagi. 

Dengan kegiatan ini, dia berharap kepada masyarakat Kota Depok agar dapat lebih menghargai Sungai Ciliwung sebagai ruang sejarah. Sebab, menurutnya sungai tersebut menyimpan sejarah dengan nilai-nilai kebijaksanaan yang dapat dipelajari tentang asal-usul Kota Depok dan keberagaman manusia Depok dengan alam lingkungannya. 

"Jadi marilah kita rawat Ciliwung sebagai museum hidup kita," ajak Rizal. 

Kegiatan ini diikuti oleh kaum muda kota Depok dari berbagai komunitas dan perwakilan-perwakilan siswa SMA/SMK se-Kota Depok beserta perwakilan guru pendamping.

Selaim itu kegiatan ini juga melibatkan sejumlah organisasi masyarakat sipil di Depok, diantaranya Komunitas Sejarah Depok (KSD), Public Research & Advocacy Center (Pirac), Komunitas Ciliwung Panus (KCP), Komunitas Bambu, serta didukung oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Cabang II Provinsi Jawa Barat dan Search for Common Ground (SFCG). 

 

724