Home Internasional Transportasi Ojek Online Masih Kontroversi di Malaysia

Transportasi Ojek Online Masih Kontroversi di Malaysia

Kuala Lumpur, Gatra.com - Pengenalan layanan ojek sepeda motor online di Malaysia masih akan menghadapi regulasi, termasuk masalah keamanan, mengatur pengendara yang taat hukum, memastikan pengendara memiliki asuransi, dan mematuhi syariah untuk kepentingan pelanggan muslim.

Pada bulan Agustus lalu, ada niat Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Syed Saddiq Syed Abdul Rahman  ingin memperkenalkan GoJek yang menyediakan layanan ojek sepeda motor online Indonesia ke Malaysia, namun itu mendapat protes dari berbagai kalangan.

Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (2/10), Syed Saddiq mengatakan beroperasinya GoJek di Malaysia akan membantu menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda dan mendukung mereka yang menjalankan kios kecil dan bisnis.

Sebuah jajak pendapat cepat yang dilakukan oleh New Strait Times -korban Singapura- menunjukkan 65 persen responden Facebook menentang gagasan membawa layanan sepeda motor populer Indonesia tersebut. Namun, pengikut Twitter-nya yang disurvei justru memberi dukungan 88 persen.

Gagasan untuk mengundang layanan transportasi sepeda motor juga telah berhadapan dengan keprihatinan budaya dan agama yang konservatif.

Mufti Selangor Datuk Mohd Tamyes Abdul Wahid mengatakan bahwa tidak islami bagi dua orang lawan jenis tanpa ikatan keluarga, untuk mengendarai sepeda motor yang sama. 
Dia juga menambahkan tidak pantas bagi pria dan wanita untuk naik sepeda motor bersama. 

Namun, para pemimpin politik terkemuka Malaysia justru menyebut hal itu akan memberikan lebih banyak pilihan bagi para penumpang. 
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad ikut pun turut berarguman. 
"Jika Anda merasa itu tidak aman, jangan gunakan. Kami punya pilihan dan kami tidak memaksa Anda untuk mengendarai sepeda motor, “katanya menanggapi masalah keamanan pada layanan terutama untuk wanita.

Pengendara sepeda motor di Malaysia pada umumnya tidak memiliki reputasi yang baik. Pandangan umum yang timbul adalah pengendara sepeda, kendaraan pengiriman makanan, dan pekerja pengiriman kerap melanggar peraturan lalu lintas.

Menurut statistik kepolisian setempat, pengendara sepeda motor bertanggung jawab atas sebagian besar kematian di jalan. Pada 2018, pengendara sepada motor berkontribusi terhadap 4.128 dari 6.284 kematian akibat kecelakaan lalu lintas atau 65,7 persen. 
Statistik juga menunjukkan bahwa Malaysia memiliki risiko fatalitas jalan tertinggi (per 100.000 penduduk) di antara negara-negara asia tenggara.

Pemerintah Malaysia sejauh ini hanya mengumumkan perjanjian prinsip untuk mengizinkan ojek sepeda motor online beroperasi, namun belum secara khusus memberi persetujuan untuk mengajak perusahaan raksasa GoJek atau Grab untuk ikut bekerja sama.

Layanan angkutan penumpang ojek sepeda motor tidak sepenuhnya baru ke Malaysia. Perusahaan lokal, Dego Ride, meluncurkan layanan ojek di Malaysia pada akhir 2016. 

namun, keberadaannya dinyatakan ilegal oleh Kementerian Transportasi yang dipimpin Barisan Nasional pada Januari 2017 dengan alasan keselamatan.

Meskipun, Dego Ride telah diberikan lampu hijau bulan lalu untuk melanjutkan layanan mereka dengan syarat  memperketat beberapa aspek keselamatan utama, termasuk memungkinkan pengguna untuk memberikan informasi tentang lokasi penjemputan dan pengantaran ke orang yang mereka cari.

Kepala eksekutif Dego Ride, Nabil Feisal Bamadhaj mengungkapkan perusahaannya  telah diberitahu untuk bekerja dengan Prasarana, yang mengoperasikan LRT, MRT, dan Rapid KL - jaringan kereta kota Kuala Lumpur.

Dego Ride diperkirakan akan membebani penumpang sebesar RM2.50 (Rp 8.470,75) untuk 1 km pertama dan 60 sen (Rp 2.032,98) untuk setiap kilometer berikutnya. Di sisi lain, pengendara hanya dapat menerima penumpang dengan jenis kelamin yang sama.

Ada potensi bagi liberalisasi sektor ini dengan lebih banyak penerbitan lisensi apabila Dego Ride menunjukkan tanda-tanda awal keberhasilan.

Pada Oktober 2018, Grab dilaporkan dalam pembicaraan dengan pemerintah Malaysia untuk mengeksplorasi penyediaan layanan tersebut. 
"Mengapa Anda harus menyediakan bus pengumpang jika Anda dapat bekerja dengan Grab?" ungkap Sekretaris Politik Menteri Keuangan Malaysia, Tony Pua.

Untuk tujuan ini, Menteri Perhubungan Malaysia Anthony Loke mengatakan pihaknya akan meneliti dan melaporkan mengenai layanan ojek sepeda motor online yang antara lain, mencakup mekanisme keselamatan dan implementasi. Tidak diragukan lagi, banyak orang Malaysia akan menunggu hasil penelitian yang akan dipublikasikan itu.

Apakah GoJek atau layanan serupa dapat beroperasi di jalan-jalan Malaysia, masih harus dilihat. Pada akhirnya, konsumenlah yang akan menentukan pilihan transportasi mereka.
 

189

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR