Home Milenial Milenial di OKI, Ubah Purun Lebih Bernilai dan Lestari

Milenial di OKI, Ubah Purun Lebih Bernilai dan Lestari

 

Palembang, Gatra.com – Tujuh anak muda asal Desa Menang Raya Kecamatan Pedamaran kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan (Sumsel), terlihat sibuk menata hasil olahan purun yang dipamerkan dalam OKI Expo yang berlangsung di halaman parkir gedung olahaga Kajang Kayuagung, Jumat (11/10) kemarin.

Mereka memamerkan tas, tempat tisu, tanjak, sandal, tikar, rompi dan semua yang berbahan dasar purun. Harga yang ditawarkan juga beragam, untuk sebuah tas misalnya dibandrol dengan harga Rp150.000.

Iqbal, salah satu yang mengenalkan purun dari Desa Menang Raya mengatakan meski mudah mendapatkan bahan dasar purun, namun harus melalui berbagai tahapan pembuatan. Misalnya, mengambil purun dari lahan gambut, menjemur selama tiga hari, dihaluskan dengan menggunakan mesin dan dianyam sesuai dengan kebutuhan pemesanan. Pengelolaan purun membutuhkan kreativitas agar harganya lebih tinggi, misalnya purun diberi warna-warna mencolok agar hasil kerajinannya tampak menarik.

“Kami melakukan pendampingan, termasuk pemasaran terutama menggunakan media sosial (medsos),”kata dia.

Perhatian kalangan anak millenial ini, sambung Iqbal, berawal dari keprihatinan produk lokal yang terus tergantikan dengan bahan lain, seperti halnya plastik atau bahan sintesis lainnya. Untuk pendanaan, kelompok pengerajin dibina melalui program dana desa dengan bimbingan dari program Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Sumsel. “Kami disuport oleh Pak Kepala Desa, BUMdes ini dengan dibimbing oleh TRG Sumsel,”pungkasnya.

Di stan yang menjual hasil olahan purun itu, tanpak Kepala Desa Menang Raya, Suparedi juga mempromosikan purun. Ia mengapreasiasikan keterlibatan milenial di desa dalam membina pengerajin purun guna menyelematkan gambut. TRGD Sumsel juga mendampingi pengelolaan lahan gambut sebagai antisipasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). “Menjaga lahan gambut itu juga menjaga purun, purun sebagai bagian penyelamatan terhadap ekosistem gambut,”ujar dia.

Selama puluhan tahun, masyarakat di Pedamaran telah mengembangkan usaha kerajinan purun sebagai sumber ekonomi yang arif bagi lingkungan, namun lambat laun ditinggalkan karena tidak lagi menjanjikan. Dengan adanya keterlibatan TRGD, maka masyarakat mendapatkan program pengembangan ekonomi kreatif, baik pelatihan, permodalan alat, serta keterlibatan anak muda (milenial) di desa. “Dalam waktu dekat, masyarakat desa juga mengembangkan tanaman enceng gondok, dan ada perwakilan yang dikirim ke Yogyakarta untuk dilatih,”pungkas dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan OKI, Sudiyanto Djakfar mengatakan OKI Expo difokuskan pada hasil produk BUMDes di 18 kecamatan dengan 87 BUMDes yang mengenalkan produk unggulannya. OKI Expo bertujuan memasarkan keberagaman usaha BUMDes dari desa pada calon pembeli potensial. “Juga terdapat klinik BUMDes sebagai wahana konsultasi mengenai BUMDes, termasuk kerjasama dengan Bank BUMN, dan perusahaan swasta dalam rangka pengembangan usaha BUMDes,”ucapnya.

 

 

380