Home Ekonomi Dorong Wirausaha Sosial, Bekraf Tambah Bantuan Modal 2020

Dorong Wirausaha Sosial, Bekraf Tambah Bantuan Modal 2020

Sleman, Gatra.com - Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo menargetkan alokasi bantuan modal dari Bekraf di 2020 tumbuh 5-7 persen dari tahun ini yang senilai Rp5,2 triliun. Bekraf menantang generasi muda menghadikan inovasi dan startup yang mengatasi masalah sosial masyarakat Indonesia atau yang dikenal sebagai wirausaha sosial alias social enterpreuner.

Hal ini disampaikan Fadjar saat membuka ‘Roadshow Mentoring dan Kompetisi GoStartup Indonesia’ yang ke-6 di Creative Hub Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM), Senin (14/10). Menurut Fadjar, wirausaha sosial adalah satu dari 16 bidang ekonomi kreatif yang digenjot Bekraf.

“Startup yang memiliki potensi bisnis besar adalah yang mampu memberikan solusi menyelesaikan permasalahan sosial. Tentunya inovasi yang dihasilkan harus mampu mengoptimalkan teknologi digital yang ada,” ujarnya.

Selama ini, dari 16 bidang ekonomi kreatif yang menjadi ranah pengembangan Bekraf, baru tiga bidang yang tumbuh pesat yaitu kuliner, fashion, dan kerajinan atau kriya. Tahun ini permodalan yang dikuncurkan Bekraf Rp5,2 triliun, dengan bidang kuliner menguasai 41,8 persen.

Adapun fashion mendapat 18 persen dan kriya 16 persen. Sedangkan 15 persen sisanya terbagi ke 13 bidang ekonomi kreatif lainnya.

“Social enterpreuner ke depan, selain menawarkan solusi, juga kita harapkan mendorong manusia Indonesia lebih mudah mengakses dan memasukki dunia digital. Di pesatnya dunia digital, kami tidak ingin meninggalkan rekan-rekan yang belum mendapatkan akses,” ujar Fadjar.

Guna mendorong kehadiran startup wirausaha sosial, Bekraf menargetkan penyediaan modal pada tahun depan meningkat 5-7 persen sesuai pertumbuhan ekonomi nasional atau sebesar Rp5,5 triliun -Rp5,7 triliun.

Fadjar menyatakan penyaluran modal dari Bekraf bertujuan menciptakan ekosistem startup yang inkulsif. Semua orang dari latar belakang apapun bisa masuk dengan ide-ide menarik. Dari ekosistem ini, Bekraf menyediakan jaringan ke investor untuk memilih startup yang menarik untuk dikembangkan.

“Kami menciptakan banyak startup dalam ekosistem guna memberi banyak pilihan kepada investor menanamkan modalnya. Ini sesuai dengan teori investasi yang tidak mengizinkan menaruh uang dalam satu keranjang. Jika lainnya merugi, maka minimal satu bisa memberi keuntungan yang menutup kerugian,” katanya.

Sebagai upaya mendorong terbentuknya ekosistem ini, Bekraf telah meluncurkan platform GoStartup Indonesia (GSI) pada 6 September lalu. Dengan bergabung di platform ini, pencetus inovasi akan diajak mempelajari literasi keuangan, kemampuan manajerial, penerapan pembukuan, dan kemampuan lainnya agar startup menjadi usaha yang mampu Initial Public Offering (IPO) atau menawarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dekan Fisipol UGM Erwan Agus Purwanto menyambut baik langkah Bekraf ini. Terlebih di tengah tingkat kompetisi Indonesia yang cenderung rendah di dunia, kehadiran inovasi anak-anak muda menjadi pendorong dalam menaikkan peringkat.

“Puncak bonus demografi Indonesia yang diperkirakan 2036 harus mampu dimanfaatkan dengan mendorong anak-anak muda mulai sekarang untuk produktif dan berinovasi,” katanya.

Dengan mengikuti kompetisi ini, Erwan melihat generasi muda, khususnya di UGM, akan memiliki suatu keahlian yang didapat dengan mewujudkan ide-ide mereka. Sebab suatu keahlian akan menjadi nilai tambah karena ijazah saja tidak akan cukup dalam menghadapi persaingan di masa depan.

 

734