Home Teknologi ESDM Minta PLN Lebih Terbuka Terkait Renewable Energi

ESDM Minta PLN Lebih Terbuka Terkait Renewable Energi

Jakarta, Gatra.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta bauran energi terbarukan pada sektor listrik agar lebih digencarkan lagi. Alasannya, selain meningkatkan penggunaan energi bersih, juga menekan konsumsi energi fosil, terutama impor bahan bakar minyak (BBM). 

“Untuk listrik, masih 12% lebih pencapaiannya, ini tantanganya berat. Saya sudah mengatakan kepada PLN untuk lebih terbuka, supaya lebih menerima pembangunan pembangkit listrik itu dari renewable,” ujar Jonan saat ditemui di JS Luwansa, Jakarta, Senin (14/10).

Jonan mengatakan, PLN bebas membangun pembangkit listrik sendiri atau dengan Independent Power Producer (IPP) alias swasta. Jonan yakin dalam lima tahun hingga sepuluh tahun mendatang, cost dari pembangkit listrik baik itu dari biomassa, tenaga surya, atau tenaga angin dapat lebih kompetitif dibandingkan energi fosil.

Selain itu, Jonan meminta PLN untuk mengubah targetnya dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dari 4% penggunaan minyak diesel dalam 5 tahun, menjadi 2%.

“Saya sudah minta ke PLN untuk RUPTL ke depan. Itu jangan 4% tapi jadi 2%. Caranya gimana? Ya dibikin hybrid. Misalkan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) nya dicampur mesin diesel. Daripada impor BBM,” ujar Jonan.

Jonan menilai, penggunaan energi bersih dengan harga yang terjangkau harus diperjuangkan. Sebab, masyarakat juga tertarik dengan penggunaan energi bersih. Pemerintah pun saat ini sedang mengupayakan supaya harga listrik tidak mengalami kenaikan yang siginifikan, atau bahkan tidak perlu mengalami kenaikan.

“Kenapa kita harus banyak menggunakan energi terbarukan? Dari energi surya misalkan. Kita kan negara katulistiwa, masa PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) nya enggak banyak? Supaya apa? Supaya energi fosilnya alias impor BBM nya itu berkurang.” imbuh Jonan.

“Nah untuk harga listrik ini, kita usahakan kalau bisa tidak mengalami peningkatan yang banyak atau bahakan kalau perlu tidak mengalami kenaikan jika sudah menggunakan energi terbarukan. Solusinya bukan disubsidi, tapi menggunakan teknologi yang kompetitif,” pungkas Jonan.

 

98