Home Gaya Hidup Hustlers: Saat Para Strippers Menipu Pialang Saham dan CEO

Hustlers: Saat Para Strippers Menipu Pialang Saham dan CEO

Jakarta, Gatra.com – Krisis ekonomi 2008 di Amerika Serikat menyisakan banyak kisah. Beberapa diantaranya telah diangkat dalam film-film Hollywood. Kini, hadir satu angle baru, dari sisi para penari klub. Bagaimana para strippers tersebut harus berjuang memperoleh dollar setelah sejumlah pialang saham dan CEO langganan mereka tak lagi berkunjung ke klub usai resesi. Upaya yang berujung penipuan dalam film terbaru, Hustlers.

Jurnalis majalah dua-mingguan New York, Jessica Pressler (Julia Stiles) pada 2015 menuliskan artikel "The Hustlers at Scores". Dia mengulas panjang lebar tentang sejumlah penari yang didakwa mencekoki obat terlarang serta menguras kartu kredit para pelanggan mereka. Aksi nekad yang dilakoni setelah klub tempat mereka bekerja, Moves, kehilangan banyak pelanggan usai krisis ekonomi besar-besaran di 2008.

Dorothy (Constance Wu), yang memiliki nama panggung Destiny, adalah gadis baru di Moves. Pendapatannya yang pas-pasan harus pula dialokasikan untuk membantu sang nenek.

Bertekad meraih uang lebih banyak, dia mendekati salah satu penari andalan tempat itu, Ramona Vega (Jennifer Lopez). Ramona tak hanya mengajari Destiny gerakan-gerakan tari andalannya, keduanya sukses berduet dan meraup pendapatan sangat tinggi. Mengingat Ramona banyak mengincar klien kelas kakap, stockbrokers dari Wall Street dan para CEO. Kelompok yang tak sungkan menghabiskan ribuan dollar per pertunjukan. Alhasil, pendapatan tahunan Destiny disebut melebihi pendapatan dokter ahli syaraf di New York.

September 2008 adalah mimpi buruk. Destiny saat itu baru melahirkan bayi dan harus putus dengan pacarnya. Dia mencoba mencari pekerjaan di toko ritel pakaian. Akibat ditolak berkali-kali, dia terpaksa kembali ke Moves. Klub kini sepi dan persaingan antara para penari makin ketat.

Pertemuan kembali tak sengaja dengan Ramona, menimbulkan harapan baru. Ternyata Ramona kini punya taktik baru, “memancing”. Bersama dua stripper lainnya, mereka mendatangi sejumlah restoran atau hotel elit, mendekati pria-pria kaya, menggerecoki mereka dengan obat terlarang, membawa kembali ke Moves, dan menggesek kartu kredit mereka habis-habisan. Destiny pun akhirnya bergabung dengan kelompok ini.

Karena merasa bersalah, Destiny mendesak Ramona agar mereka hanya memeras para langganan yang sudah mereka kenal saja. Tapi tentu saja, lama-kelamaan para langganan itu sudah kena batu semuanya. Terpaksa mereka mencari orang-orang baru. Orang-orang yang belakangan berani melapor ke polisi bahwa mereka diperas habis-habisan di sebuah klub.

Sebagai sebuah film tentang strippers, maka film ini dipenuhi adegan gadis-gadis berpakaian sangat minim. Tak heran, film ini tak lolos sensor oleh Badan Sensor Malaysia (LPF).

Di sisi lain, tokoh stripper asli yang menjadi dasar cerita Hustlers, Samantha Barbash protes atas film ini. Dia mengancam akan melakukan tuntutan hukum terhadap Lopez dan rumah produksi karena merasa kisah hidupnya digunakan tanpa izin.

JLo sendiri berlatih dua bulan lebih untuk menari di tiang. Pole dance dia memang tampak sangat meyakinkan. Sedikit berbeda dengan karakter gadis baik-baik yang kerap dia lakoni. Film ini bisa disebut akting terbaik Lopez.

Meski demikian, secara keseluruhan, film ini tak terlalu menarik. Eksplorasi akting tak mendalam dan cara bertuturnya pun membosankan. Jenis film yang gampang dicerna tapi tak membekas sama sekali. Sutradara Lorene Scafaria tak menawarkan sesuatu yang luar biasa. Sayang sekali, padahal premisnya sangat menarik. Tadinya, film ini sempat ditawarkan untuk disutradarai oleh Martin Scorsese, tapi dia menolaknya.

Hustlers rilis perdana di Toronto International Film Festival (TIFF) pada 7 September 2019 lalu. Telah diputar pula di bioskop di Amerika Serikat sejak 13 September. Sempat meraup US$33,2 juta pada hari pertama penayangannya, dan ada di urutan kedua setelah It Chapter Two. Lalu merosot ke posisi lima di pekan kedua untuk pasar AS.

 

761