Home Politik Lima Poin Gerakan Revolusi Mental Arustamakan Pancasila

Lima Poin Gerakan Revolusi Mental Arustamakan Pancasila

Jakarta, Gatra.com - Deputi Pengendalian dan Evaluasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Rima Agristina mengatakan, lima poin gerakan revolusi mental merupakan bentuk yang paling mudah untuk mengarusutamakan Pancasila. Lima poin tersebut antara lain Indonesia Melayani, Indonesia Tertib, Indonesia Mandiri, Indonesia Bersih, dan Indonesia Bersatu.

"Lima gerakan revolusi mental ini bentuk yang paling mudah diarahkan untuk mengarusutamakan Pancasila. Kemudian prinsip revolusi mental, yaitu bukan proyek pemerintah, ada tekad politik, harus bersifat lintas sektoral, partisipatif, untuk mengubah perilaku masyarakat," ujarnya dalam Rakornas Simpul Strategis Pembumian Pancasila di Merlyn Park Hotel, Jalan KH. Hasyim Ashari, Jakarta, Rabu (16/10).

Rima juga mengajak setiap elemen bangsa untuk bersama bergotong royong membumikan Pancasila. Tujuannya demi kesadaran masyarakat bahwa ideologi di Indonesia hanya ada satu, yaitu Pancasila. 

"Nilai-nilai Pancasila yang harus kita bumikan bersama. Marilah kita kuatkan sikap kebangsaan dan bernegara. Sehingga kita mampu meyakini tidak ada dasar negara selain Pancasila," tutur Rima.

Selain itu, dia juga menggarisbawahi maraknya ideologi lain serta adanya radikalisme yang menurutnya dapat menghancurkan kesatuan bangsa. Terkait hal itu, dia meminta Kesbangpol untuk bersiaga menghadapi kerawanan di daerah masing-masing.

"Terkait radikalisme yang kita hadapi, agar kita tidak terprovokasi. Sampaikan berita-berita yang positif bagi masyarakat. Seluruh Kesbangpol di seluruh Indoneisa siap siagakan masyarakat kita untuk menghadapi kerawanan di daerahnya masing-masing," katanya. 

Dengan hadirnya teknologi dan industri 4.0, seharusnya tak menjadikan bangsa Indonesia kehilangan jati diri bangsa. Hal itu, lanjut Rima, justru semakin mempermudah mengenali Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

"Teknologi 4.0 mampu mengeratkan Indonesia, bukan memecah belah antara warga negara Indonesia. Hal ini juga dapat mengaruskan Pancasila dengan mengenali kembali dari mana kita berasal, bagaimana masyarakat kita menjalani kehidupan sehari-hari," tukasnya. 

 

649