Home Ekonomi Produsen Trofi Pati, Rambah Penjalan ke Luar Negeri

Produsen Trofi Pati, Rambah Penjalan ke Luar Negeri

Pati, Gatra.com - Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, selama ini dikenal sebagai salah satu sentra kerajinan logam, alumunium dan kuningan di Nusantara. Dari sekian produsen, hanya satu yang mengkhususkan diri memproduksi trofi dalam kejuaran otomotif. 
 
Ialah Joko Sulistyono produsen trofi asal Kecamatan Juwana, berkat kegigihannya menekuni usaha tersebut sejak tahun 2004. Dirinya selalu dipercaya berbagai penyelenggara even otomotif dari Sabang sampai Merauke.
 
Bahkan pria yang berperawakan sedikit tambun ini mengaku, permintaan tidak hanya dari dalam negeri dalam even nasional, tetapi juga penyelenggara even otomotif dari negera tetangga, seperti Negeri Gajah Putih dan Timor Leste. 
 
Semua even otomotif di Indonesia kita pegang. Kalau luar kita merambah ke Timor Leste dan Thailand, banyak permintaan dari sana, tutur pria yang karib disapa Joko itu kepada Gatra.com, Jumat (18/10). 
 
Berbeda dengan pengrajin trofi atau piala kebanyakan, dia berani menjamin barang produksinya tidak akan terkorosi dimakan zaman. Lantaran pihaknya selama ini menjaga mutu, sehingga dipercaya promotor event nasional.
 
"Kita pakai logam yang bagus. Mutu kita memang utamakan, masalahnya suatu penghargaan khususnya di balap itu kelasnya kan bergengsi," ujarnya. 
 
Selain memilah logam berkualitas, proses pengerjaan dan motif juga sangat diperhatikan. Misalnya untuk piala Oneprix, untuk sentuhan akhir pihaknya melakukan goldclear yakni logam dilapisi sedemikian rupa agar tidak terkorosi. 
 
"Beda dengan yang silver, yang silver kita logam pure, cuma finishingnya kita punya trik tersendiri biar gak pudar warnanya," ucapnya. 
 
Tidak sampai di situ, piala buah tangannya itu selanjutnya ditaruh di ruangan bertemperatur tinggi dan rendah untuk beberapa waktu. Ini dilakukan untuk melihat ketahanan barang produksinya. 
 
Jadi keunggulan kita selain kualitas trofi yang baik, tahan lama juga modelnya selalu terbaru, paparnya. 
 
Joko menyebut untuk satu trofi produksinya dijual mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Itupun tergantung bahan, lama pengerjaan, serta volume bakal trofi. 
 
Meski dia mengatakan tidak ada kendala dalam proses produksi dan pemasaran. Namun pihaknya mengeluhkan banyaknya pembajak yang mencotek karyanya dengan harga yang murah dan bahan logam asal-asalan. 
 
"Kendala kita lebih ke bajakan banyak ya. Itu yang bajakan mutu tidak diperhatikan warna biasanya hitam setelah satu minggu," ujarnya. 
176