Home Milenial Sesaji Waduk Cacaban, Bupati Umi : Perlu Konten Digtal

Sesaji Waduk Cacaban, Bupati Umi : Perlu Konten Digtal

Slawi, Gatra.com - Sedekah bumi di Waduk Cacaban, Kedungbanteng, Kabupaten Tegal kembali digelar, Sabtu (19/10). Tradisi tahunan ini menjadi upaya melestarikan budaya. Upaya konten kreatif digital perlu dibuat guna memviralkan tradisi khas masyarakat Slawi Kabupatem Tegal tersebut.

Bupati Tegal Umi Azizah mengatakan, sedekah bumi Waduk Cacaban adalah tradisi, sarana penghormatan masyarakat Cacaban kepada para pendahulu yang telah mewariskan kekayaan alam yang melimpah.

"Sedekah Bumi ini tidak lebih dari ikhtiar kita nguri-nguri kekayaan budaya bangsa yang sarat akan nilai-nilai kebaikan dan budi pekerti," katanya.

Selain pelestarian budaya, Umi mengatakan terdapat nilai penting yang terkandung dalam sedekah bumi, yakni kekerabatan sosial di tengah fenomena interaksi sosial masyarakat yang lebih intens dijalin di media sosial.

"Dalam tradisi ini ada ketulusan, kebahagiaan, semangat saling berbagi dan semangat kegotong-royongan yang tidak dapat dijumpai di dunia maya. Ini adalah modal sosial yang harus kita pupuk, harus kita lestarikan. Ini juga bisa mendukung pengembangan Waduk Cacaban sebagai destinasi wisata," sebutnya.

Umi meminta acara sedekah bumi di tahun-tahun selanjutnya dikemas lebih menarik. Misalnya dengan lomba menghias kapal, lomba fotografi maupun lomba vlog dengan tema pariwisata atau kaitannya dengan Obyek Wisata Waduk Cacaban.

"Kemas acara ini supaya lebih ciamik lagi, lebih diviralkan lagi dengan konten-konten kreatif, kekin dan makin digital juga casual," pintanya.

Ketua penyelenggara yang juga Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga, Suharinto mengatakan, acara Sedekah Bumi Cacaban bisa menjadi destinasi wisata alama dan budaya.

"Ada wisata alam dan budaya. Sedekah bumi Waduk Cacaban diharapkan bisa menarik wisatawan," katanya.

Tak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya, prosesi sedekah bumi diawali dengan upacara tradisi yang di antaranya diisi dengan pembacaan sejarah pembangunan Waduk Cacaban dan doa.

Kemudian dilanjutkan dengan pelarungan kepala kerbau, sesaji aneka jajanan pasar dan hasil bumi di tengah waduk menggunakan menggunakan sejumlah perahu.

252