Home Kebencanaan Saat Presiden Dilantik, Udara di Palembang Masih Tak Sehat

Saat Presiden Dilantik, Udara di Palembang Masih Tak Sehat

 

Palembang, Gatra.com – Pelantikan Presiden Joko Widodo-Maaruf Amin berlangsung hari ini, Minggu (20/10) di Jakarta. Namun di Palembang, masyarakat masih merasakan udara yang tidak sehat akibat aktivitas pembakaran lahan dan hutan (karhutla). Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLH-P) Sumsel kualitas udara di Palembang kembali tidak sehat, sore ini.

Kepala DLH-P, Edward Chandra menyatakan kualitas udara di Palembang masih dalam katagori tidak sehat bagi pernapasan, dengan nilai konsentrasi PM10 mencapai 126. Selain nilai PM10, nilai SO2 mencapai 13 dan nilai CO berada di angka 2. Indeks udara yang diukur DLH-P berlaku mulai dari tanggal 20 Oktober pada pukul 15.00 wib sampai dengan pukul 15.00 wib keesokkan harinya. “Berdasarkan hasil pengolahan datanya, memang dalam katagori tidak sehat dan akan berlangsung selama satu hari ke depan,” ujarnya dalam keterangan persnya, Minggu (20/10).

Sehari sebelumnya, kualitas udara di Palembang juga dalam katagori sedang, yakni kualitas udara di bawah katagori tidak sehat namun belum berstatus baik bagi pernapasan. DLH-P merilis, kualitas udara sedang dengan nilai konsentrasi PM 98, sedangkan pada 18 Oktober, kualitas udara di Palembang dalam katagori tidak sehat, yakni mencapai 106 dan pada 17 Oktober, kualitas udara tidak sehatnya lebih tinggi, yakni 118.

baca juga : https://www.gatra.com/detail/news/451840/kebencanaan/-hujan-dua-hari-di-sumsel-belum-hilangkan-hotspot

Berdasarkan siaran pers dari lembaga stasiun meteorologi dan klimatologi BMKG kota Palembang, diketahui angin permukaan yang tercatat memperlihatkan gerakan arah timur-tenggara dengan kecepatan 5-20 Knot (9-37 Km/Jam) mengakibatkan asap masuk ke wilayah kota Palembang dan sekitarnya. Sumber dari Lapan pada tanggal 17 Oktober lalu mencatat titik panas di wilayah sebelah tenggara kora Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80% berkontribusi asap ke wilayah Palembang yang berasal dari wilayah Banyuasin 1, Pampangan, Cengal dan Pematang Panggang. 

Sementara BPBD Sumsel, mencatat jumlah titik api (hotspot) pada 19 Oktober kemarin, mencapai 160 hotspot yang masih didominasi paling banyak berasal dari Kabupaten OKI yakni 130 hotspot.

 

127