Home Hukum Buntut Berita Pembobolan BNI, Massa Ancam Media di Maluku

Buntut Berita Pembobolan BNI, Massa Ancam Media di Maluku

Ambon, Gatra.com- Buntut pemberitaan terkait kasus pembobolan dana nasabah BNI Ambon, dua kantor Media Harian di Provinsi Maluku yaitu Kabar Timur dan Siwalima diserang massa, Senin (21/10/2019). Massa yang diduga suruhan suami dari Faradibha Yusuf ini tidak terima, jika Daniel Nirahua diberitakan dalam kasus yang melilit istrinya tersebut. 

 

Pemimpin Redaksi Kabar Timur, Ongki Anakoda, bahkan diancam akan dibunuh. Sementara kantor Kabar Timur akan dibakar. Sedangkan pimpinan perusahaan Siwalima, Ibu Merry, dibentak. Mereka memukul meja saat dilakukan pertemuan.

 

Harian Siwalima yang beralamat di Jalan Raya Diponegoro No 20, Kota Ambon, merupakan media pertama yang digeruduk massa. Dari sana, mereka kemudian menyerbu Kantor Harian Kabar Timur yang berada di Jalan Mutiara No 3, Kota Ambon.

 

Redaktur Pelaksana Harian Siwalima, Sherly Lootje Pattipawae mengungkapkan, massa yang datang diprediksi berjumlah sekitar 30 sampai 40 orang.

 

"Mereka datang sekitar pukul 13.30 WIT. Ada sekitar 30 sampai 40 orang warga Haruku (Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah). Mereka ketemu dengan satpam lalu laporkan bahwa ingin ketemu dengan wartawan," kata Lootje kepada Gatra.com malam ini.

 

Kedatangan mereka terkait pemberitaan Siwalima edisi terbitan tanggal 18 Oktober 2019. Edisi itu menyangkut rekening suami jadi penampung. Kala itu, Satpam meminta mereka untuk balik pukul 16.00 WIT. Sebab, wartawan masih liputan di lapangan dan belum kembali. 

"Tetapi mereka tidak mau pergi. Mereka minta tunggu sampai wartawan datang. Selama beberapa menit kemudian Pimpinan perusahaan  ke kantor lalu lihat warga banyak. Pimpinan perusahaan tanya satpam lalu pimpinan perusahaan minta perwakilan dari mereka 2 atau 3 orang temui di ruangannya. Sekitar 3 orang temui pimpinan," kata dia.

 

Temui tiga perwakilan, puluhan orang lainnya menunggu di luar kantor. Dalam pertemuan itu, perwakilan tetap ngotot untuk memberitahukan siapa identitas dari sumber pemberitaan itu.

 

"Ada salah satu dari mereka kemudian memukul meja. Mereka tetap ngotot sumber berita itu dari mana. Padahal sudah dijelaskan dari polisi. Sehingga pimpinan perusahaan mengusir mereka," katanya.

 

Motif kedatangan puluhan warga yang mengaku merupakan keluarga Daniel Nirahua ini meminta agar saudara mereka tersebut tidak diberitakan.

 

"Jadi motifnya sama seperti di Kabar Timur. Diintimidasi minta supaya jangan tulis Dani (Daniel Nirahua). Ini privasi dia tidak ada hubungan dengan proses hukum kasus Dani," tandasnya.

 

Sebelumnya, Rapsanjani Ely, wartawan Harian Kabar Timur mengungkapkan, puluhan warga itu datang dan mengancam bakal membakar Kantor Harian Kabar Timur jika masih memberitakan soal privasi Daniel Nirahua dalam kasus pembobolan Bank BNI dengan tersangka Faradibha Yusuf.

 

Lebih parah lagi, massa juga mengancam akan membunuh Pemimpin Redaksi Kabar Timur Ongki Anakoda. Ancaman itu langsung disampaikan warga yang mengatasnamakan diri sebagai keluarga besar Nirahua. Massa datang sekira pukul 15.50 WIT.

 

"Bos, siapa yang tulis berita soal Nirahua nikah siri. Lalu ada juga soal perumahan di Citraland yang dibayar Faradila. Pokoknya kami tidak terima. Silahkan tulis kasus hukumnya. Jangan ungkit soal privasi Nirahua," kutip Ely sebagaimana ancaman mereka.

 

Mereka mengatakan Ongki Anakoda harus bertanggungjawab dan membeberkan siapa yang menyampaikan informasi soal nikah siri Daniel Nirahua beserta perumahan elit Citraland.

 

"Pak Ongki harus bertanggungjawab karena itu tidak benar. Kemudian, kami tetap tunggu sampai pak Ongki katakan siapa yang menyampaikan informasi itu. Atau narasumber dalam berita itu siapa," katanya.

 

Saat itu, mereka telah masuk dalam kantor Kabar Timur. Ancaman disampaikan warga yang berada di dua kantor dan lantai I. Ancaman tersebut kerap terlontar dari mulut sejumlah keluarga Dani tersebut.

 

"Bakar dong kantor ni saja. Telpon ale punya bos bilang katong ada datang puluhan orang mau klarifikasi berita," kata salah satu dari mereka. Ely, mengaku, saat itu dirinya telah menjelaskan Pimred biasanya tiba di kantor pukul 17.00 WIT. Mereka yang berada di ruang redaksi kemudian turun dan menunggu di depan kantor.

 

Menurut Ely, sekelompok warga itu tercium bau minuman keras. Bahkan banyak diantara mereka sudah dalam kondisi mabuk. Merasa tidak puas, sejumlah pria berotot kembali naik untuk memastikan kedatangan Pimred.

 

"Bos dia datang pasti jam berapa. Ingat, tanah masih banyak. Jang (Jangan) katong gale (kita gali) dia pung kubur sakali. Bilang dia datang jam berapa," kutip Ely kepada Gatra.com sembari mengaku dari mulut pelaku tercium bau miras.

 

Beruntung, sejumlah aparat Kepolisian yang mendapat informasi adanya penyerangan Kantor Kabar Timur langsung mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP).

 

Kepala Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease AKBP Sutrisno Hady Santoso terlihat langsung memimpin personil untuk mengamankan aksi protes massa yang disertai dengan ancaman kasus tindak pidana tersebut.

 

Menurut informasi dari pihak Kabar Timur, kata Sutrisno, massa yang mendatangi kantor diduga karena pemberitaan terkait Daniel Nirahua dalam kasus BNI Ambon.

 

"Ada sekolompok orang yang mendatangi kantor harian Kabar Timur terkait pemberitaan tentang saudara Daniel Nirahua yang terlibat di Kasus BNI. Patut kita curigai bahwa mereka ini orang suruhannya dari pada Daniel Nirahua," katanya.

 

Sutrisno mengaku kejadian ini belum masuk pada aksi tindak pidana. Hal itu masih sebatas intervensi terkait pemberitaan. "Kalau misalnya sudah masuk pengancaman dan ada yang merasa terancam, ya kita tunggu laporan polisinya. Proses hukum akan berjalan jika Kabar Timur melaporkan kasus itu. Kita tunggu laporan polisinya," tandasnya.

 

5722