Home Milenial Tanpa Lengan, Imam Rusono Sulap Limbah Kardus Jadi Wayang

Tanpa Lengan, Imam Rusono Sulap Limbah Kardus Jadi Wayang

Pati, Gatra.com - Kuas yang telah dibubuhi cat minyak menari di ikatan bahu Imam Rusono, bukan pada kanvas melainkan di permukaan wayang dari kardus. Penyandang tunadaksa [tanpa dua tangan] ini, nampak mahir menggoreskan setiap karakter yang digarapnya. 
 
Hampir semua tokoh pewayangan ia hasilkan dari gerak sederhana itu. Namun rupa tokoh wayang itu dibuatnya bukan dari kulit seperti wayang kebanyakan, melainkan dari limbah kardus. Pria asal Desa Pakis, Kecamatan Tayu, Pati itu menyebut penggunaan kulit kardus lebih simple dan ekonomis. 
 
Di rumah orangtuanya, anak kelima dari enam bersaudara itu setiap hari mampu membikin 10 wayang. Dari menggambar pola dan mewarnai ia kerjakan sendiri, sementara untuk memotong kardus, mengikat serta memasangkannya di batang bambu dibantu ayahnya yang pensiunan. 
 
Setelah jadi, wayang buah tangannya ia jajakan di depan sekolah-sekolah dasar. Untuk wayang ukuran kecil dibandrol Rp5 ribu, sementara ukuran besar dihargai Rp7 ribu saja. "Itu pun sering ditawar, enggak apa-apa yang penting halal," ujarnya kepada Gatra.com, Rabu (30/10). 
 
Ada kala penjual mainan menyambangi rumahnya untuk membeli sejumlah wayang buatannya untuk dijual kembali. Imam sedikit bisa tersenyum setiap bulan apit dalam penanggalan jawa, lantaran di bulan tersebut banyak desa menggelar sedekah bumi yang berdampak pada penjualan produknya. 
 
Sembari menyelesaikan hasil karyanya, Imam yang lulusan SMK Gajah Mada 2 Pati itu mengaku kehilangan kedua tangannya karena kecelakaan kerja. Sejak 10 tahun lalu, ia merelakan tangannya diamputasi.
 
Kejadian kecelakaan itu bermula saat Imam dan rekan sejawatnya mengerjakan proyek kontruksi baja ringan di Jambi. Saat bekerja di lantai dua, diduga terjadi sebuah korsleting listrik sehingga menyebabkan sejumlah pekerja jatuh dari ketinggian sembilan meter. 
 
"Teman saya ada yang meninggal dunia," ucapnya lirih. Satu tahun setelah insiden tersebut, ia sempat putus asa mengarungi kehidupan. Tak berlama-lama, Imam pun berusaha untuk bangkit dari keterbatasan dan menjajal memanfaatkan limbah kardus untuk dijadikan karya apik. 
 
"Saya sadar semua ini adalah kehendak Tuhan dan saya harus melanjutkan takdir yang telah digariskan dalam hidup," katanya optimis.
386