Home Milenial Peluncuran Buku 'Melawan Setan Bermata Runcing'

Peluncuran Buku 'Melawan Setan Bermata Runcing'

Jakarta, Gatra.com - Lembaga nonprofit yang fokus pada isu pendidikan masyarakat adat dan kelompok marjinal, Sokola Intitute, merilis buku berjudul "Melawan Setan Bermata Runcing: Pengalaman Gerakan Pendidikan Sokola" di Auditorium Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI), Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (30/10).

Dari segi judul, buku yang digarap oleh pendiri Sokola seperti Saur Marlina "Butet" Manurung, Aditya Dipta Anindita, Dodi Rokhdian, serta Fadilla M. Apristawijaya, dan Fawaz yang masing-masing bergabung di Sokola sejak tahun 2005 dan 2008 memiliki makna filosofis tersendiri.

"Melawan Setan Bermata Runcing" bermakna bahwa dahulu, Suku Orang Rimba menyebut orang "luar" yang pandai membaca dan menulis sebagai "Setan Bermata Runcing" sebab dengan kepandaian orang "luar" tersebut, malah kerap mencaplok tanah adat dengan hukum atau peraturan yang mereka buat. Maka dari itu, alat tulis seperti pensil atau pulpen bagi Orang Rimba dianggap "Setan Bermata Runcing."

Buku tersebut merupakan kumpulan pengalaman-pengalaman Sokola Institute selama 16 tahun mendampingi masyarakat adat yang kerap kesulitan untuk mengakses sekolah formal. Buku ini juga berupaya membantu masyarakat adat guna menghadapi tiap persoalan tanpa meninggalkan adat istiadat yang dianutnya.

Salah satu pendiri Sokola Institute, Saur Marlina Manurung atau kerap disapa Butet, menjelaskan bahwa buku itu terdiri dari enam bagian, yakni: Sejarah Sokola Institute, Pendekatan Filosofis Sokola Memahami Komunitas, Volunter, Literasi Dasar, Literasi terapan, serta Kader dan Pengorganisasian.

"Jadi buku ini semacam langkah-langkah kalau kita ingin memulai program pendidikan suatu komunitas adat atau komunitas apa saja, itu bisa diterapkan, berdasarkan pendekatan budaya dan persoalan yang dihadapi oleh mereka," ucap wanita yang pernah mendapat penghargaan Ramon Magsaysay pada 2014 lalu itu.

Di sisi lain, Dirjen Kesenian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Restu Gunawan, mengapresiasi buku tersebut sebagai langkah untuk melakukan pemajuan kebudayaan adat istiadat ataupun tradisional masyarakat Indonesia.

"Jadi Kebudayaan adalah pengendali dari pembangunan kebudayaan, pembangunan yang berkelanjutan. Jadi saya kira buku ini sangat relevan untuk itu," katanya.

Reporter: ARH

745

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR