Home Milenial Jenderal Ini Mengajar Matematika di Kaki Bukit Barisan

Jenderal Ini Mengajar Matematika di Kaki Bukit Barisan

Pekanbaru, Gatra.com - Lelaki 52 tahun ini sumringah menengok bocah-bocah di kaki Bukit Barisan itu, persis di kawasan Dusun Sialang Harapan Desa Batu Sasak Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar Riau, Kamis (31/10).

Sumringah lantaran meski belajar hanya di ruangan berdinding sebagian bata tanpa plester, tanpa jendela dan berlantai tanah, ternyata otak para bocah ini encer semua.

Bilangan baris yang diajarkan oleh Agung Setya Imam Effendi itu dilahap mereka semua. "Mereka pintar-pintar dan cerdas. Saya bangga," kata jenderal bintang dua ini, Jumat (1/11).

Sangking senangnya Kapolda Riau ini, dipanggilnya salah seorang murid SD Negeri 010 kelas jauh Desa Batu Sasak itu ke depan.

Namanya Afrizal. Spontan saja Agung membuka topi bintang duanya dan dikenakan ke kepala lelaki berpakaian batik dipadu celana merah panjang itu. Tongkat komando pun disuruh dipegang Afrizal.

"Saya ingin seperti Bapak, ingin jadi polisi. Kalau saya besar nanti, itu cita-cita saya Pak," kata Afrizal serius. Teman sebayanya bertepuk tangan mendengar pengakuan polos bocah itu.

"Suatu hari, semoga bisa menjadi Kapolda, ya Nak," jawab Agung serius pula.

Sebetulnya Agung tidak hanya penasaran dengan para bocah tadi, tapi juga oleh rasa bangganya lantaran ada andil salah seorang anak buahnya hingga ruang belajar itu berdiri.

Adalah anggota polisi lalu lintas Polda Riau bernama Bripka Ralon Manurung yang menjual kalung emas istrinya demi membantu pembangunan sekolah itu. 

Ceritanya begini; tahun 2006 lalu, SDN 010 Desa Batu Sasak itu semula hanya sekolah cabang. Saat itu bangunan sekolah apa adanya dan hanya terbuat dari kayu. Itulah makanya orang-orang menyebut sekolah itu sekolah marjinal.

Tahun berganti, lama-lama sekolah kayu itu lapuk. Tapi kondisi itu tak membikin anak-anak jadi tak mau sekolah, mereka terus semangat belajar di sana.

Sebab kalau mau pindah ke sekolah ini, resikonya malah sangat besar. Anak-anak harus berjalan kaki membelah hutan dan menyeberangi sungai. Kalau air sungai naik atau banjir, anak-anak praktis tak bisa sekolah.

Satu waktu persis di bulan November 2017 adalah seorang warga desa bernama Riko berkenalan dengan Ralon yang saat itu bertugas mengatur lalu lintas di depan kantor Gubernur Riau di jalan Sudirman Pekanbaru.

Saat itu sekelompok warga yang dimotori oleh Riko meminta bantuan kepada pengguna persis di kawasan lampu merah di depan kantor gubernur itu.

Menengok Riko dan warga minta bantuan untuk sekolah, hati Ralon tergugah. Dia tergerak ingin mewujudkan keinginan warga itu.

Sebab dulu, dia juga pernah mengalami cerita yang sama, Ralon kecil harus berjalan kaki belasan kilometer untuk bersekolah bersama-sama dengan anak-anak Suku Sakai di pelosok Kabupaten Siak, di SDN 058 Kandis. 

Ralon tak mau apa yang pernah dia alami itu menimpa anak-anak lain. Dia langsung bicara dengan Riko kalau dia ingin ikut membantu pembangunan sekolah yang membutuhkan biaya Rp14,5 juta itu.

"Uang sumbangan baru terkumpul Rp12,5 juta. Kurang Rp2 juta. Saya ngomong sama istri, gimana kalau kita jual aja kalungmu dulu untuk menutupi kekurangan biaya pembangunan sekolah itu. Istri saya ternyata setuju," kenang Ralon.

Apa yang dilakukan Ralon inilah kemudian sangat diapresiasi oleh Agung. "Ini adalah aksi natural dan nyata dari seorang Bintara yang ikut membangun sekolah pakai uang tabungannya. Ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa, inilah nilai kita untuk saling membantu ketika saudara kita kesusahan," kata Agung. 

Agung berharap, apa yang dilakukan oleh Bripka Ralon Manurung itu berdampak lebih luas kepada masyarakat di Riau. 

"Kami ingin melihat ke lapangan secara nyata, hal-hal apa yang ada. Kami ingin bekerja sama dengan guru, dengan Dinas Pendidikan, dengan dinas-dinas lain bersama-sama membangun mewujudkan Indonesia Maju," ujar Agung. 

Hanya saja Agung berharap, meski sekolah itu jauh dari kota, janganlah disebut sekolah marjinal, tapi sebutlah sekolah harapan. "Tidak hanya harapan desa dan adik-adik, tapi juga harapan Indonesia," katanya.

 

415