Home Ekonomi Berpotensi Diekspor, Sosialisasi Sagu Belum Optimal

Berpotensi Diekspor, Sosialisasi Sagu Belum Optimal

Konawe Selatan, Gatra.com- Kementerian Pertanian terus mendorong hilirisasi sagu sebagai alternatif pengganti makanan pokok. Pasalnya, tepung atau olahan yang diperoleh dari pemrosesan teras batang rumbia tersebut memiliki potensi produksi yang tinggi. Sekertaris Ditjen Perkebunan Kementan Antarjo Dikin mengatakan, satu batang pohon sagu dapat menghasilkan 500 kg. 

Untuk itu, Pemerintah akan membantu proses hilirisasinya. "Jadi kita bikin agroforesty. Jadi karena sagu ini bisa menahan tanaman lain, jadi kita bisa bikin seperti hutanisasi, seolah-olah seperti hutan, tapi makanan itu banyak di dalamnya. Dengan itu, masyarakat masuk musim kemarau tidak perlu buka lahan lagi," ungkapnya Antarjo usai menghadiri acara Hari Pangan Sedunia (HPS), di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Ahad (3/11). 

Sayangnya belum banyak yang menanam dan mengembangkannya. Sebab fokusnya masih kepada beras sebagai bahan pokok. "Iya betul. Itulah artinya kalo ditanam orang banyak kan bisa di ukur, misalnya kampung ini berapa ton. Karena itu, kita sosialisasikan terus. Tinggal inilah, masyarakat juga terus menggali untuk hilirisasinya. Ini juga kan bisa untuk kue. Ada juga sagu dari ubi kayu," katanya. 

Antarjo mencontohkan, sagu juga bisa dimanfaatkan untuk membuat produk, seperti makanan Pempek. Sebab, selama ini Pempek hanya menggunakan sagu cassava. Dampaknya, kalo menggunakan sagu cassava membutuhkan lahan yang luas dan boros hama. 

"Namun saya belum tau misalnya untuk pempek Sumsel, itukan pake sagu cassava. Kalo ini bisa juga bikin pempek, berarti sangat menolong. Karena cassava butuh lahan luas, dan boros hama. Maka harus investasi pupuk banyak," ia menjelaskan. Antarjo menambahkan, agar sagu kualitasnya baik kuncinya ada di pencucian air pasca panennya dan termasuk penjarangannya agar tumbuh sempurna.

Mengutip data Badan Pusat Satitstik (BPS), Antarjo mengatakan, terdapat lima Provinsi penghasil sagu terbesar di Indonesia. Pertama, Papua dengan total produksi 66.593 ton dengan luas 155.675 hektar. Kedua, Maluku dengan total produksi 8.134 ton, dengan luas 36.478 hektar.

Lalu ketiga, Kalimantan Selatan dengan total produksi 4.130 ton dengan nilai 6.511 hektar. Keempat, Aceh dengan total produksi 1.711 ton seluas 6.946 hektar. Kelima, Riau dengan total produksi 338.726 ton seluas 73.587 hektar. 

Adapun, sagu juga pasar sudah menembus pasar Internasional. Meskipun, dibanding potensinya, masih belum optimal. Adapun negara tujuan ekspor sagu yakni, Malaysia dengan volume ekspor 7.138.000 kilogram dengan nilai US$ 873.604. Kedua, Jepang dengan volume ekspor 4.122.000 kilogram dengan nilai US$ 2.008.748. Ketiga, Cina dengan volume ekspor 208.305 kilogram dengan nilai US$ 110.601.

Keempat, Singapura dengan volume ekspor 7.175 kilogram dengan nilai 23.096. Kelima, Amerika Serikat dengan volume ekspor 4.615 kilogram dengan nilai US$ 68.227."Belum banyak yang tau manfaatnya (sagu), maka harus terus sosialisasikan untuk mendorong pasar luar negeri,” pungkasnya. 

1018