Home Gaya Hidup Kemenparekraf Perlu Menyusun Cetak Biru Pariwisata Indonesia

Kemenparekraf Perlu Menyusun Cetak Biru Pariwisata Indonesia

Banyumas, Gatra.com - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bertekad mewujudkan pariwisata sebagai penghasil devisa nomor satu di Tanah Air. Hal ini perlu mendapat dukungan dari seluruh pemangku kepentingan mulai dari pembuat kebijakan, pelaku wisata, hingga penyedia jasa.

Pengamat Pariwisata Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Drs Chusmeru MSi mengatakan, target Menparekraf Wishnutama Kusubandio perlu disambut positif karena dapat dicapai dengan kerja sama hampir di seluruh jajaran kementerian di Kabinet Indonesia Maju.

"Paling tidak, Menparekraf perlu membuat cetak biru pariwisata Indonesia yang baru. Tujuannya agar pariwisata bisa menjadi sektor unggulan penyumbang devisa. Cetak biru pariwisata itu antara lain mempertegas kembali potensi dan kekuatan 4 A dalam pariwisata, yaitu accessibility, amenity, attraction, dan ancillary [kelembagaan]," ujarnya di Purwokerto, Jawa Tengah, Kamis (7/11).

Mantan pengajar Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Bali ini menuturkan, aksesibilitas menuju destinasi wisata kerap menjadi masalah bagi wisatawan. Sebab, masih banyak objek wisata yang belum terjangkau moda transportasi umum.

Moda transportasi yang murah serta mudah menjadi tuntutan yang lazim. Hal ini berbanding terbalik dengan tarif penerbangan domestik yang mahal dan bagasi berbayar oleh maskapai penerbangan.

"Ini menjadi salah satu faktor rendahnya minat wisatawan mengunjungi beberapa destinasi. Konektivitas infrastruktur dengan destinasi wisata perlu mendapat perhatian serius. Kalau pun kini Presiden Jokowi gencar membangun infrastruktur penunjang pariwisata, bukan lantas persoalan aksesibilitas selesai," katanya.

Chusmeru mengatakan, amenitas pariwisata juga perlu dibangun dengan konsep yang benar-benar memanjakan wisatawan. Menurutnya, masih banyak hotel yang tidak menyediakan lahan parkir kendaraan yang memadai. Begitu pula penataan objek wisata, restoran, maupun toko cinderamata dan kerajinan yang masih terkesan kumuh lantaran. Penyebabnya sepele yakni tidak menyediakan toilet yang bersih.

Di sisi lain, atraksi wisata masih banyak yang perlu digali dengan konsep pelestarian dan kekinian. Banyak potensi jenis wisata yang memerlukan inovasi dan kreasi atraksi wisata seperti wisata olahraga, wisata kesehatan, wisata spiritual, wisata usia lanjut, wisata edukasi, dan sebagainya.

Faktor kelembagaan komponen pariwisata juga banyak yang masih perlu dibenahi. Khususnya terkait peningkatan kualitas sumber daya manusia dan organisasi kepariwisataan yang memiliki kompetensi dan legalitas. Sebab, masih banyak wisatawan yang mengeluhkan pelayanan yang kurang baik.

Chusmeru menegaskan, mewujudkan target untuk menjadikan pariwisata sebagai penyumbang devisa utama bagi Indonesia membutuhkan kerja keras. Ia berharap, Kemenparekraf tidak terjebak untuk menciptakan gagasan mass tourism.

"Kemenparekraf perlu memprioritaskan konsep pelestarian dan pariwisata keberlajutan yang ramah lingkungan," tandasnya.

254