Home Politik Dekati Anies Baswedan, Surya Paloh & Nasdem Lebih Untung

Dekati Anies Baswedan, Surya Paloh & Nasdem Lebih Untung

Yogyakarta, Gatra.com - Kedekatan Partai Nasional Demokrat dan ketua umumnya, Surya Paloh, dengan Gubernur DKI Anies Baswedan tak lepas dari konteks politik dan pemilihan presiden 2024. Atas kedekatan ini, Nasdem dan Surya Paloh saat ini dianggap lebih banyak mendapat manfaat ketimbang Anies.

Hal itu dikemukakan pengajar komunikasi politik sekaligus Direktur Presidential Studies, Digital Media and Communication Research Center, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Nyarwi Ahmad.

“Anies dan Nasdem sama-sama mendapatkan manfaat. Tapi siapa yang sebenarnya memanfaatkan siapa? Apakah Anies bisa memanfaatkan Nasdem dan Surya Paloh atau sebaliknya, Nasdem-Surya Paloh yang bisa memanfaatkan Anies? Untuk saat ini, Nasdem tampaknya lebih diuntungkan,” tutur Nyarwi saat dihubungi Gatra.com, Sabtu (9/11).

Anies diundang dan menghadiri kongres Nasdem di Jakarta, Jumat (10/11) malam. Anies juga muncul ke arena kongres bareng Surya. Surya pun menyebut Anies sebagai adik.

Secara resmi, Anies memang diundang dalam kapasitasnya sebagai Gubernur DKI. Namun panggung yang diberikan Anies oleh Nasdem-Surya Paloh sangat istimewa. “Nasdem sangat cerdik dengan memberikan panggung pembukaan tersebut kepada Anies,” kata Nyarwi.

Menurut dia, branding politik Anies selama ini dikenal sebagai sosok politisi yang didukung oleh parpol-parpol di luar koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo, seperti Gerindra danPKS. “Branding Anies masih memiliki medan magnet yang cukup kuat,” kata dia.

Selain mempertimbangkan sosok Anies yang pernah menjadi deklarator ormas Nasdem, Partai Nasdem tampaknya memberikan panggung tersebut dengan sejumlah pertimbangan atau manfaat sekaligus.

Pertama, memperkuat branding Anies sebagai tokoh politik nasional. Kedua, menjadikan sosok Anies sebagai proxy re and co-branding politik Nasdem. Ketiga, Nasdem memanfaatkan Anies sebagai salah satu brand politik Nasdem.

“Nasdem tampaknya menyadari betul masuknya Gerindra, yang pernah mengusung Anies di pilkada DKI 2017 ke koalisi Jokowi, menjadikan branding politik Anies kian terpisah atau berjarak dengan Partai Gerindra dan Prabowo,” tuturnya.

Menurut Nyarwi, Nasdem melihat terjadi pelebaran jarak atau kekosongan itu sebagai peluang yang dapat dikapitalisasi untuk menaikkan visibilitasnya di panggung politik nasional.

Dalam pembukaan kongresnya, Nasdem seperti punya jubir baru untuk mengangkat visibilitas platform politiknya di mata publik. Nasdem seperti mendapatkan 'alternatif komoditi politik baru' di luar Jokowi yang dapat menaikkan elektabilitasnya di periode mendatang.

“Jelang pilpres 2014 hingga 2019 Nasdem tampak sangat intens menggunakan Jokowi sebagai brand atau komoditas politik untuk memperluas basis elektoralnya dalam meraih jumlah kursi di DPRI dan DPRD,” ujar Nyarwi.

Kala itu, Nasdem bersama partai pendukung Jokowi khususnya PDIP tampak berusaha untuk mendapatkan coattail effect atau efek limpahan suara dari menguatnya elektabilitas Presiden Jokowi.

“Setelah pilpres 2019, mengingat potensi memudarnya tingkat dukungan publik pada Presiden Jokowi, Nasdem tampaknya menyadari pentingnya mencari sosok baru yang dipandang bisa memiliki potensi daya magnetisme politik di tengah pasar politik pemilih,” kata Nyarwi.

Bagi Nasdem, sosok yang tampaknya menjadi andalan untuk tujuan itu adalah Anies Baswedan. Alhasil, Nasdem terus memberikan panggung istimewa kepada Anies. Apalagi narasi, gaya, dan model pidato Anies tampak berbeda dengan gaya Presiden Jokowi, seperti tampak di pembukaan kongres Nasdem.

Anies menawarkan narasi politik alternatif di luar narasi politik mainstream yang selama ini dibangun Jokowi yakni soal keseteraan dan penguatan demokrasi. “Hal tersebut bisa menjadi daya tarik bagi kalangan pemilih yang mengharapkan lahirnya sosok pemimpin alternatif dengan style berbeda dengan Jokowi,” kata dia.

Namun, Nyarwi mengingatkan, mengingat Anies bukan pimpinan parpol seperti Jokowi, Anies bakal sulit keluar dari cengkeraman para oligarki dan kartel politik parpol. “Sulit bagi Anies untuk sepenuhnya bisa merealisasikan ide-ide yang disampaikannya tersebut tanpa melakukan transaksi politik,” kata dia.

 

369