Home Kebencanaan Suhu Sumsel Meningkat, Hotspot Karhutla Bertambah

Suhu Sumsel Meningkat, Hotspot Karhutla Bertambah

 

Palembang, Gatra.com – Peningkatan suhu yang terjadi di Sumatera Selatan (Sumsel) langsung berpengaruh pada jumlah titik api (hotspot). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, mencatat pada 10 November tercatat 166 hotspot di Sumsel. Jumlah hotspot itu meningkat dibandingkan hari-hari sebelumnya.

Pada tanggal 10 November, jumlah hotspot mencapai 166 titik yang tersebar paling banyak di kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yakni sebanyak 161 hotspot, dan kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 2 titik, Ogan Komering Ulu Setalan, Musi Rawas dan Banyuasin sebanyak satu hotspot. “Ada pengaruh cuaca (suhu) yang meningkat pada beberapa hari juga memicu hotspot,” kata Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel, Anshori, Minggu (10/11).

Sehari sebelumnya, jumlah hotspot yang terdeteksi pemantauan Lapan yakni hanya 77 hotspot. Dari jumlah itu, 75 hotspot berada di kabupaten OKI, dan dua hotspot lainnya di Musi Banyuasin dan PALI. Pada 8 November, jumlah titik api juga sudah menyentuh lebih dari 100 hotspot, yakni 144 hotspot dengan lokasi hotspot juga paling banyak berada di OKI yakni 199 hotspot, dan 13 hotspot lainnya di Banyuasin, dan empat hotspot tersebar di OKU Selatan, OKU Timur, dan PALI.

Peningkatan hotspot ini seiring dengan penambahan status siaga karhutla yang dilakukan pemerintah provinsi Sumsel.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel hanya menetapkan perpanjangan status siaga karhutla pada 10 November. Lalu atas pertimbangan kondisi cuaca yang diprakirakan BMKG akan mengalami kemunduran pada status siaga karhutla diperpanjang sampai dengan akhir November.

Sementara secara regional, badai tropis halong di laut Cina selatan sekaligus terjadinya pusat tekanan rendah mengakibatkan masa udara masuk dari Australia, atau dikenal dengan Muson Australia. Kondisi menyebabkan lapirsan udara kembali mengering dan berangin kencang yang menghambat pertumbuhan awan hujan di Sumsel, sehingga mengakibatkan hujan yang minim sekaligus berpotensi asap.

“Munculnya asap di Palembang dipengaruhi tiupan angin yang membawa asap hasil kebakaran lahan dan hutan dari arah Timur–Tenggara dengan kecepatan 5-20 Knot (9-37 Km/Jam),” ujar Kasi Informasi dan Observasi BMKG Bandara SMB II Palembang, Bambang Beni Setiajdi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

255