Home Kebencanaan BMKG: Suhu Ekstrem akibat Posisi Matahari dan Efek Karhutla

BMKG: Suhu Ekstrem akibat Posisi Matahari dan Efek Karhutla

 

Palembang, Gatra.com – Badan Meteorlogi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) menyatakan kondisi suhu yang ekstrem di Provinsi Sumsel masih disebabkan akibat posisi matahari yang berada di sekitar ekuator dan pengaruh efek gas rumah kaca akibat asap hasil kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

“BMKG Sumsel menghimbau kepada masyarakat agar senantiasa masih menggunakan masker, dan berhati-hati bertransportasi seiring adanya partikel udara kering di udara yakni asap,” ujar Kasi Observasi dan Informasi, BMKG SMB II Palembang, Bambang Benny dalam keterangan persnya, Senin (11/11).

Suhu udara rata-rata bernilai 30°C, sedangkan pada tanggal 10 November kemarin, suhu udara maksimum bernilai 36°C yang bisa dikatagorikan sebagai suhu udara ekstrem karena berada 3°C di atas nilai normalnya. Rata-rata normal ialah 27°C dan suhu maksimum normal ialah 32°C teruntuk bulan November dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.

“Sumbernya dari Perka KBMKG No.009 Tahun 2010 dan sudah bisa dikatakan peningkatan suhu yang tinggi,” sambung Benny.

Meski demikian, secara regional dengan melemahnya badai tropis Nakri dan pusat tekanan rendah di Samudera Hindia mengakibatkan adanya Borneo Vorteks atau disebut Sirkulasi Kalimantan. Siklus ini menyebabkan masuknya massa udara dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa ke wilayah Sumsel yang berpotensi membawa hujan.

Diterangkan Benny, hujan sistem konvektif berskala meso atau disebut Mesoscale Convective System (MCS) dengan indikasi awan pembawa hujan (Cumulonimbus) yang memanjang lebih kurang 200 km dinyakini akan bisa membantu penanggulangan hotspot karhutlabun karena hujan biasanya akan terjadi pada malam hingga pagi hari.

“Secara regional pada 12-15 November, wilayah Sumsel dengan kriteria hujan intensitas sedang dan lebat akan terjadi di hampir sebagian besar wilayah Sumsel,” terangnya.

Prakiraan hujan secara lokal akibat faktor lokal, yakni awan konventif dan orografis akan tetap berpotensi di wilayah Sumsel bagian barat akibat kelembapan udara lapisan atas yang cukup sebagai ruang pembentukan awan dan berdataran tinggi.

“Masyarakat tetap terus memperbaharui data peringatan dini pada cuaca ekstrim dari BMKG melalui aplikasi atau web yang sudah ada di smartphone,” pungkasnya.

 

 

270