Home Teknologi Putu Wijaya dan Empat Ilmuwan Sabet Habibie Award

Putu Wijaya dan Empat Ilmuwan Sabet Habibie Award

Jakarta, Gatra.com- Sastrawan Putu Wijaya beserta empat ilmuwan, yakni Ivandini Tribidasari, Adi Utarini, Tati Latifah dan Eko Prasojo menyabet Habibie Award 2019 di Le Meridien, Jakarta Pusat, Selasa (12/11). 

Penganugerahan yang ke-21 kalinya itu merupakan program utama Yayasan Sumber Daya Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Yayasan SDM Iptek) sekaligus dalam rangkaian acara perayaan Hari Ulang Tahun ke-20 The Habibie Center, lembaga penelitian yang didirikan oleh Presiden ketiga RI, mendiang BJ Habibie.

Anugerah Habibie Award itu diberikan kepada orang yang telah konsisten berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan di Indonesia. Putu Wijaya merupakan seniman yang sangat produktif. Ia menyabet berbagai penghargaan nasional dan internasional di bidang kepenulisan, sinematografi, atau pentas teater. 

Putu kemudian diberi gelar Doktor Kehormatan Honoris Causa bidang teater dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Pria yang berasal dari Bali itu mendapat Habibie Award atas karyanya yang bertajuk "Bertolak dari Yang Ada".

Ivandini, guru besar kimia di FMIPA Universitas Indonesia ini meneliti elektrokimia intan terdadah boron dalam penerapannya sebagai sensor dan biosensor. Selain sebagai perhiasan, intan ternyata bisa dikembangkan untuk mengatasi pencemaran lingkungan dan energi alternatif.

Sementara itu, Adi Utarani alias Uut, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ini merupakan ketua peneliti untuk World Mosquito Program Yogyakarta. Ia bersama tim menganalisis efektivitas terobosan baru untuk menurunkan tren Demam Berdarah dengan mengintervensi nyamuk Aedes Aegypti yang di bakteri Wolbachia. Intervensi itu ditengarai mampu menghambat replikasi virus DBD, sehingga mengurangi penularan kepada manusia.

Selanjutnya, Tati Latifah, pendidik dari Institut Teknologi Bandung ini mengembangkan berbagai alat kesehatan untuk membantu rehab medik pascaoperasi, software periksa mata, sistem deteksi dini kanker payudara, dan lainnya. Adapun tiga karyanya yang dipatenkan adalah alat untuk mendeteksi kelenturan pembuluh darah, alat elektrokardiografi 12 lead dengan telemetri, dan alat untuk mendeteksi virus hepatitis B.

Terakhir, Eko Prasojo, Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2011-2014 ini merupakan Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. Eko banyak berkontribusi dalam pembangunan ilmu dan praktik pemerintahan melalui jurnal, opini di media hingga 15 buku yang ditulisnya. Ia menyabet berbagai penghargaan nasional dan internasional. Salah satu yang paling bergengsi adalah The Braibant Lecture 2019 dari International Institute of Administrative Science (IIAS) di Belgia, yang hanya didapatkan oleh tiga orang dari Asia.

"Beliau ini adalah putra-putri terbaik bangsa yang berjuang dalam pengembangan iptek pada bidangnya masing-masing. Sebagai bangsa yang besar, tentu Indonesia masih memerlukan banyak ahli di berbagai bidang," ujar Ketua Dewan Pengurus Habibie Center, Sofian Effendi dalam sambutannya.

308

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR