Home Teknologi Rawan Bencana Longsor, SMK Bawang ajari Siswa Bikin EWS

Rawan Bencana Longsor, SMK Bawang ajari Siswa Bikin EWS

Banjarnegara, Gatra.com - Kondisi Banjarnegara yang sangat rawan bencana tanah longsor memantik seorang guru fisika di SMK Negeri 2 Bawang, Banjarnegara, Wasis Sucipto membuat alat deteksi dini longsor sekaligus mengirimkan peringatan dini, baik menggunakan sirine maupun radio FM.

Sistem peringatan dini ini kemudian dikenalkan dan diajarkan kepada siswa agar mereka bisa menduplikasi atau bahkan berinovasi lebih baik

“Ini untuk media pembelajaran siswa. Karena, kita memang tinggal di daerah yang sangat rawan bencana longsor,” katanya.

Wasi menjelaskan, sebagian besar wilayah Banjarnegara berada di perbukitan dan pegunungan. Sebab itu, sebagian besar wilayah di Banjarnegara rawan bencana gerakan tanah atau longsor.

Keberadaan teknologi atau sistem peringatan dini longsor dianggap efektif karena dapat langsung mengirim pesan cepat ketika bencana longsor itu terjadi.

Dia menerangkan, sensor di alat ini bisa mendeteksi dua peristiwa. Yang pertama, sensor mampu mendeteksi gerakan tanah. Yang kedua, sensor membaca jika terjadi guguran atau longsor.

Dia menjelaskan, sinyal dari sensor itu kemudian dikirimkan ke sirine dan pancaran gelombang radio FM. Melalui sebuah antena yang terpasang, gelombang tersebut mengirimkan sinyal ke semua lokasi searah daya pancar antena. Sirine pun berbunyi keras sebagai peringatan bahaya longsor.

“Aplikasi dari konsep fisika, yang diterapkan dalam listrik, arus listrik,itu digunakan di berbagai alat. Salah satu alat yang alat yang digunakan proyek siswa itu adalah EWS atau Early Warning System atau sistem deteksi dini,” jelasnya.

Tak hanya membuat EWS bencana longsor. Bersama dengan siswanya, ia membuat EWS banjir dan kebakaran. Namun, menimbang Banjarnegara yang sangat rawan longsor, sementara ini yang menjadi fokus pengembangan adalah EWS bencana longsor.

Menurut dia, perangkat atau piranti alat peringatan dini longsor ini juga mudah ditemukan di toko-toko elektronik dengan harga terjangkau. Perawatannya juga mudah. Tidak perlu teknisi khusus untuk memperbaiki alat ini jika sewaktu-waktu mengalami kerusakan.

“Siswa nanti bisa menduplikasi peralatan ini. Sehingga mereka mengenal dan bisa diterapkan di wilayah yang memerlukan,” ucapnya.

109