Home Internasional Eks Staf Boeing yang Peringatkan Masalah 737 Siap Jadi Saksi

Eks Staf Boeing yang Peringatkan Masalah 737 Siap Jadi Saksi

Chicago, Gatra.com - Seorang mantan karyawan Boeing yang memperingatkan masalah dengan produksi 737 akan memberikan kesaksian dalam rapat dengar pendaat dengan DPR AS tentang tinjauan Administrasi Penerbangan Federal (FAA) tentang 737 MAX yang di-grounded.

Mantan karyawan Boeing tersebut, Edward Pierson, telah bekerja sebagai manajer operasi senior di unit uji terbang dan evaluasi.

"Semua kekhawatiran dari dalam diri saya [untuk bicara] sudah hilang. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya merasa ragu untuk menempatkan keluarga saya dalam pesawat Boeing," Pierson menulis kepada manajemen Boeing sebelum kecelakaan pertama, dikutip dari Reuters, Selasa (10/12).

Juru bicara Boeing, Gordon Johndroe buka suara. "Meskipun Pierson tidak memberikan informasi atau detail spesifik tentang masalah cacat atau kualitas tertentu, Boeing menganggap keprihatinannya tentang 737 gangguan produksi secara serius," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa setelah Pierson pensiun dan mengangkat masalah lagi "kekhawatiran itu mendapat pengawasan baru di tingkat tertinggi perusahaan."

Eric Havian, pengacara untuk Pierson, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Boeing menolak untuk menindaklanjuti peringatan kliennya, yang datang empat bulan sebelum kecelakaan pertama. Dimana Pierson berbicara “untuk memastikan bahwa Boeing tidak lagi dapat menempatkan keuntungan di atas keselamatan."

Dia juga mengatakan Pierson mengangkat keprihatinan dengan FAA dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional dan disambut dengan "ketidakpedulian".

Anggota DPR, Peter DeFazio, yang nanti akan memimpin rapat tersebut, mengatakan Pierson adalah salah satu dari "sejumlah karyawan saat ini dan mantan" FAA dan Boeing yang telah berbicara dengan komite secara anonim selama delapan bulan terakhir.

Pesawat Boeing 737 itu sendiri tidak terbang sejak Maret setelah dua kecelakaan fatal dalam rentang waktu lima bulan yang menewaskan 346 orang di Indonesia dan Ethiopia. Para pejabat federal mengatakan FAA diperkirakan tidak akan mengizinkan pesawat terbang paling cepat hingga Januari.

176