Home Gaya Hidup Perang Tanpa Pertumpahan Darah Terjadi di Lombok

Perang Tanpa Pertumpahan Darah Terjadi di Lombok

Lombok Barat, Gatra.com - Ritual budaya Perang Topat kembali digelar Pemerintah, Pengurus Kerama Adat Lingsar dan masyarakat Lingsar, di pelataran Pura Gaduh, Lingsar, Lombok Barat, NTB pada Rabu (11/12).

Tepat pukul 17.30 waktu setempat, atraksi budaya Perang Topat dimulai ditandai raraknya kembang waru (gugurnya kembang waru). Seketika itu masyarakat selepas zhuhur sudah memadati lokasi acara, melakukan atraksi saling lempar dengan menggunakan beberapa biji ketupat yang sudah disiapkan panitia.

Suasana gaduh dan riuh sembari berperang dengan ketupat sebagai senjata mereka, terus dilakukan dalam rentang waktu 15 sampai dengan 30 menit.

Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid, menjelaskan, tradisi Perang Topat merupakan bentuk pluralisme karena rangkaian acaranya melibatkan dua umat berbeda agama, yakni Islam dan Hindu.

Menurut Bupati, gambaran keharmonisan umat beragama tersebut bisa disaksikan sebelum puncak Perang Topat dimulai dengan ritual mengarak kerbau.

“Tokoh agama dari perwakilan umat Muslim dan Hindu memegang tali kerbau saat mengarak keliling taman Pura Lingsar,” katanya.

Bupati menyebutkan, hanya kerbau saja yang diarak, tidak yang lain seperti sapi atau babi. “Kerbau merupakan simbol penghormatan kepada umat Islam dan Hindu. Alangkah indahnya kenyataan yang dibungkus dengan kesadaran total bahwa kita semua mahluk Allah SWT, guna merajut persaudaraan dan perdamaian. Jadi filosopi Perang Topat yakni mempertahankna tradisi menjaga toleransi," kata Bupati.

Bupati juga meminta kepada Dinas Pariwisata Lombok Barat untuk memastikan kalender penyelenggaraan tradisi Perang Topat agar bisa diketahui setahun sebelumnya.

“Saya minta Dinas Pariwisata untuk bisa mendiskusikannya dengan seluruh pemangku adat supaya tanggal penyelenggaraan tradisi "Perang Topat" bisa dipastikan lebih awal,” katanya.

Bupati juga berencana penyelenggaraan Perang Topat setahun yang akan datang akan mengundang Bupati dan Walikota se-Pulau Bali untuk bisa mengetahui langsung bagaimana suasana kerukunan umat Islam dan Hindu di Lombok Barat khususnya untuk menciptakan harmoni dalam kehidupan sehari-hari.

“Kita ingin juga para tokoh masyarakat Bali bisa member perhatian lebih kepada umat Hindu di Lombok,” ujarnya.

 

1650