Home Ekonomi Impor Buah Melonjak, INDEF: Buah Lokal Perlu Branding

Impor Buah Melonjak, INDEF: Buah Lokal Perlu Branding

Jakarta, Gatra.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor buah-buahan selama Januari-November 2019 sudah mencapai US$1,25 miliar atau naik 9,61 persen pada periode yang sama tahun 2018. 

Bahkan, impor buah-buahan pada bulan November 2019 meningkat 37,15 persen dibandingkan bulan sebelumnya akibat meningkatnya permintaan di akhir tahun.

Peneliti Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bustanul Arifin mengatakan kenaikan impor buah disebabkan belum mampunya buah-buahan lokal dalam negeri memenuhi permintaan buah-buahan kelas menengah Indonesia, yang semakin meningkat jumlahnya. 

Menurutnya, konsumsi buah masyarakat bawah masih rendah.

"Buah itu mohon tidak dilihat sekadar komoditi. Tapi juga sudah branding. Orang makan jeruk nggak sekadar makan jeruk. Jeruk apa? Jeruk Medan. Jeruk apa? Jeruk Pontianak. Jeruk apa? Jeruk Mandarin," katanya di ITS Tower, Jakarta, Jumat (20/12).

Menurutnya, ikatan emosional konsumen terhadap produk buah lokal harus dibangun. Ia mencontohkan minum kopi yang sekarang ini menjadi tren dan gaya hidup seperti kedai kopi Excelso dan Starbucks. Namun, hal itu memerlukan jangka waktu yang panjang.

Selain itu, loyalitas lebih mudah terbangun apabila tingkat penghasilan sudah tinggi. 

"Kalau Anda pergi ke Jepang, sepanjang produk dalam negeri dijual mahal. Kalau kita masih cari yang murah kan?" ujar Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Lampung tersebut.

Bustanul mengharapkan pemerintah turun tangan untuk membangun citra buah-buahan lokal di Indonesia. Ini perlu melibatkan partisipasi para peritel modern untuk menyasar kelas menengah dan atas.

"Bagaimana acaranya memaksa orang itu untuk datang? Misalnya produk dalam negeri, buah dalam negeri, taruh rak paling dekat, taruh di supermareket," terangnya.

Kemudian daya saing buah-buahan lokal jadi sorotan Bustanul. Pasalnya, ongkos logistik berkontribusi lebih dari 30 persen terhadap harga buah di Indonesia. Hal ini menyebabkan buah impor lebih murah. Apalagi petani-petani negara maju sudah mampu menghasilkan buah dalam skala besar dengan lingkungan yang terkontrol. 

"Ongkos kirim Medan ke Jakarta bisa lebih mahaal dibanding Beijing (Cina) ke Jakarta. Daya saing itu tergerus dari ekonomi kita sendiri," ungkapnya.

363

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR