Home Ekonomi Kementan Klaim Telur Ayam Surplus Tapi Harga Naik, Kenapa?

Kementan Klaim Telur Ayam Surplus Tapi Harga Naik, Kenapa?

Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim pasokan telur ayam ras mengalami surplus sebesar 11.143 ton pada 2019. Hal ini lantaran produksi telur ayam diprediksi mencapai 4.753.382 ton dan kebutuhannya mencapai 4.742.240 ton. Sedangkan tingkat konsumsi sebesar 17,69 kg/kapita/tahun.
 
Di sisi lain, harga rata-rata telur nasional menurut Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional sebesar Rp26.000/kg pada Senin (23/12). Padahal, harganya masih Rp 23.250/kg pada 1 November 2019 dan Rp 25.100/kg pada 2 Desember 2019.
 
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Rusli Abdullah melihat kenaikan harga tersebut tidak merata di seluruh Indonesia. Data PIHPS menunjukkan, pada Senin (23/12), harga telur ayam ras tertinggi terjadi di Maluku Utara sebesar Rp 36.100/kg dan terendah terjadi di Sulawesi Barat sebesar Rp 20.900/kg. Umumnya, lonjakan harga telur ayam ras terjadi di Indonesia Timur.
 
"Pertama, lebih jarang peternakan telur ayam ras. Kedua, memang logistiknya (terhambat). Ketiga, daerah mayoritas saudara-saudara kita  nasrani yang merayakan natal," ucapnya kepada Gatra.com, Selasa (24/12).
 
Rusli mengatakan hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk memperbaiki distribusi telur ayam ras. Hal ini mengingat kemungkinan surplus hanya terjadi di Indonesia Bagian Barat dan Tengah.
 
Ketua Asosiasi Peternak Layer Nasional, Musbar Mesdi mengatakan, harga di tingkat peternak sudah turun dalam kurun waktu empat hari terakhir. Menurutnya, hal ini sesuai prediksi para peternak.
 
"Kembali ke harga on-farm Permendag (Nomor 96 Tahun 2018), range 19 - 21 ribu per kilogram," ungkapnya kepada Gatra.com, Selasa (24/12).
 
Adapun kenaikan harga ini merupakan dampak dari meningkatnya permintaan konsumen menjelang perayaan natal dan tahun baru. 
 
Terkait harga yang masih tinggi di tingkat konsumen, ia berharap satuan tugas (satgas) pangan Kepolisian RI turun tangan menjaga kestabilan harga. 
 
"Pedagang yang permainkan kran supply dan demand ke pasar becek, dengan menekan pengambilan telur agar harga di konsumen tetap tinggi," tegasnya.
 
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementan, Syamsul Ma'arif menilai pergerakan harga telur ayam ras masih wajar.
 
"Semua paham lah (kenaikan harga) karena ini hari raya. Tapi harga masih wajar. Kalau yang kita takutkan naik 10% dari yang ditetapkan. Ini akan menimbulkan inflasi," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Senin (23/12).
 
364