Home Gaya Hidup Dianggap Plagiat, Logo MTQ Nasional 2020 Tuai Protes

Dianggap Plagiat, Logo MTQ Nasional 2020 Tuai Protes

Padang, Gatra.com - Pemenang Sayembara Logo Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke XXVII Tahun 2020, telah diumumkan Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), Kamis (26/12). Hasil penetapan pemenang dikritik dari banyak pihak. Terutama warganet dari desainer, mahasiswa, dan alumni Desain Komunikasi Visual (DKV).

Pasalnya, logo yang ditetapkan sebagai pemenang tersebut dinilai kental hasil plagiat. Terutama di antara lima dewan juri sebagai penilai tidak satu pun dari pakar desain, atau lulusan DKV. Padahal, Sumbar banyak memiliki orang-orang kreatif, seniman, dan lulusan DKV. Apalagi, sayembara ini diikuti peserta dari seluruh Indonesia.

"Jelek banget asli hahahaa.. apaansi ngapain ngadain lomba kalo finalnya milih logo begini. Sama desain spanduk pecel lele bagusan juga spanduk pecel lele," tulis Danil Arizki dengan akun @danilarizki, saat dikutip Gatra.com, Sabtu (28/12).

Kritikan juga datang dari pegiat desain grafis, Muhammad Iqbal, yang menilai hasil pemenang sayembara Logo MTQN 2020 yang digelar Pemprov Sumbar itu jauh dari kata layak. Ia menilai, perancangnya bukan pegiat atau lulusan desainer grafis, apalagi akademisi. Hal itu ia nilai, karena hasilnya tidak sesuai prinsip-prinsio logo.

Kepada Gatra.com, lulusan DKV UPI YPTK Padang itu mengatakan, logo tersebut hanya dibuat dengan cara vektor, namun hasilnya fatal. Selain itu, menurutnya semua dewan juri juga tidak kompeten di bidang desain grafis, sehingga hasil yang dinilai jauh dari harapan untuk event nasional.

"Tim penilai pasti bukan orang yang kompeten di bidang logo. Jadi ini alasan desain grafis di Sumbar selalu dinilai rendah oleh orang luar sana," ujar Iqbal saat dihubungi.

Senada dengan itu, salah seorang pendiri Digital Agency dan Konsultan Periklanan Vyronium Indonesia, Brian Fadli Fahmi (29) mengatakan sangat kecewa dengan hasil yang dipilih dewan juri tersebut. Apalagi, kata pria asli Solok itu, Pemprov Sumbar sudah sering kali menggelar event, tapi mengesampingkan persoalan desain.

Direktur Produksi Vyronium Indonesia itu menjelaskan, sejak perkara "Taste of Padang" digagas, pihaknya terus menyentil Pemprov Sumbar terkait desain. Dengan alasan logo merupakan item paling penting dalam mempromosi suatu event, yang menggambarkan wajah event yang akan diselengarakan. Ia menyayangkan logo yang dihasilkan hanya asal-asalan.

"Sekian kalinya kita terjilapak di lubang yang sama. Saya sangat kecewa, malu kita sebagai desainer urang awak, jadi bahan cemoohan kita di Jakarta," ungkap Brian saat dihubungi Gatra.com dari Padang.

Selain itu, alumni Universitas Andalasa (Unand) itu juga menyayangkan panitia tidak melibatkan pakar desain, atau lulusan DKV sebagai juri. Apalagi, MTQ Nasional merupakan event bergengsi yang akan digelar di Sumbar 2020 nantinya. Padahal, setidaknya ada tiga kampus dengan jurusan DKV di Sumbar, seperti UNP, UPI YPTK, dan ISI Padang Panjang yang mumpuni bidang desain.

Sebelumnya, salah seorang juri, yakni Ketua MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar menyampaikan, dari setiap logo setidaknya harus terdapat enam unsur. Mulai dari simbol keimanan, Al Qur'an sebagai pegangan hidup, kekuatan memegang lurus ruh Islam, kesadaran dalam menggunakan bahasa Arab, simbol Sumbar sendiri, yakni surau dan rumah adat, serta warna yang ada dalam marawa. 

"Simbol-simbol Al Qur'an itu tujuannya, agar lebih menimbulkan kesadaran dalam mendalami Al-Qura'an. Dari enam unsur tersebutlah kami bersama mencari dan menetapkan logo yang terbaik," ungkapnya. 

Kemudian, Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno juga menyampaikan, penetapan pemenang itu sudah melalui proses panjang dengan berbagai tahapan. Setelah melalui semua proses itu, dia yakin logo pemenang merupakan karya terbaik. Apalagi, sayembara tersebut dinilai oleh juri-juri yang berkompeten di bidangnya masing-masing. 

Irwan juga mengimbau, agar logo terpilih tersebut disosialisaikan kepada seluruh masyarakat Sumbar. Bukan itu saja, sosialisasinya harua sampai ke pelosok sekalipun. Apalagi, MTQ memiliki tujuan utama membumikan Al-Qur'an, dengan tujuan agar lebih mudah dipahami umat Islam dan masyarakat secara umum.

"Apalagi kalau di Minangkabau yang memiliki filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, tentu akan lebih mudah memahaminya," tukas Irwan.

4661