Home Milenial Keterampilan Membaca Pondasi Merdeka Belajar

Keterampilan Membaca Pondasi Merdeka Belajar

Medan, Gatra.com - Kebijakan merdeka belajar yang diluncurkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim akan memberikan ruang lebih besar untuk mengembangkan potensi anak. Untuk itu, pemerintah harus segera menuntaskan pencapaian kompetensi literasi dasar di kelas 3 SD.

Hal itu diungkapkan Provinicial Communication Officer Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), Erix Hutasoit dalam Sarasehan Medan Merdeka Belajar di Medan, Sabtu (28/12).

Baca Juga: Akhyar Nasution Wajibkan Sekolah Terapkan Program Nadiem

Erix mengatakan bahwa hal itu bertujuan agar anak bisa belajar lebih maksimal. Hasil Asesment Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) Kemdikbud 2016 menyebut 47 persen siswa kelas 4 SD Indonesia tidak terampil membaca. Di Sumatera Utara (Sumut) bahkan mencapai 49 persen. “Rendahnya keterampilan membaca di tingkat SD menjadi tantangan serius di Indonesia,” terangnya.

Lebih lanjut Erix mengatakan, keterampilan membaca merupakan alat untuk belajar. Hanya dengan terampil membaca, anak bisa mempelajari dan memahami semua mata pelajaran. Seorang anak disebut bisa membaca jika mampu membaca teks, mengerti maknanya dan mampu mengkomunikasikannya dengan kata-kata sendiri.

Baca Juga: Program Merdeka Belajar Nadiem Diterapkan di Medan

”Kita harus bisa menjamin anak sudah bisa membaca, paling lamban kelas 3 SD. Langkah ini untuk menjadi anak bisa belajar dan berkembang secara maksimal. Tanpa terampil membaca, mereka aka kesulitan memahami mata pelajaran, memiliki keterampilan dan berprestasi,” tambahnya.

Erix mengatakan Program INOVASI di Kalimantan Utara, telah berhasil menemukan tiga strategi meningkatkan keterampilan membaca siswa SD. Ia menyebut pelatihan guru untuk mengubah cara mengajar, peningkatan budaya baca dan pelayanan khusus bagi siswa lamban membaca, terbukti efektif membuat anak terampil membaca. 

“Pengukuran akhir program rintisan literasi kelas awal menunjukkan hasil yang signifikan. Pengukuran akhir melibatkan 427 siswa, 46 guru dan 426 orangtua,” terangnya.

Baca Juga: Mendikbud Nadiem: Kita Harus Ubah Paradigma PAUD

Jika pada akhir 2017 hanya 49.8 persen siswa yang bisa lolos uji literasi dasar, maka di Agustus 2019 angka itu melonjak menjadi 66.7 persen. Materi uji literasi dasar adalah pengenalan huruf, pengenalan suku-kata, dan pengenalan kata. “Di Kalimantan Utara kami bekerja di dua kabupaten, yaitu Bulungan dan Malinau,” tukasnya.

Erix mengatakan Siswa kelas 4 SD yang lulus test literasi dasar juga menunjukkan peningkatan kemampuan menjawab soal-soal yang mengandung HOTS (High Order Thinking Skill). Pada test pemahaman membaca, terjadi peningkatan skor dari 47.4 di survai awal menjadi 70,4 pada survai akhir. 

Bahkan jika skor KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 60, maka jumlah anak yang lulus mencapai 93 persen di Agustus 2019. Padahal di akhir 2017, jumlah anak yang lulus hanya 24 persen dengan KKM yang sama.

Baca Juga: Mendikbud Nadiem Ungkap Kesalahan Esensi UN

Hasil yang sama juga terlihat pada test pemahaman numerasi (matematika). Terjadi kenaikan skor dari 49.5 di survai awal, menjadi 80.7 di survai akhir. Jika skor KKM ditetapkan menjadi 60 dan 65, maka 100 persen anak Kaltara lulus pada survai akhir. 

Padahal pada survai awal, hanya 36 persen anak lulus di KKM 60 dan 26 persen anak lulus di KKM 65. “Ini menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan membaca, juga bisa meningkatkan keterampilan numerasi atau matematika anak,” tutup Erix.

INOVASI adalah program kemitraan pendidikan antara Pemerintah Australia dan Indonesia. Program ini didesain untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar, khususnya pada bidang literasi, numerasi dan inklusi. 

779