Home Milenial Pemerintah Upayakan Pengembalian Benda Bersejarah di Eropa

Pemerintah Upayakan Pengembalian Benda Bersejarah di Eropa

Jakarta, Gatra.com - Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid, mengakui bahwa saat ini Pemerintah tengah melakukan upaya pengembalian barang atau koleksi yang mempunyai benang merah terhadap sejarah kehidupan Indonesia.

Salah satu hasilnya, penerimaan kembali 1.500 koleksi benda bersejarah dari Museum Nusantara di Delft, Belanda. Koleksi tersebut beragam mulai dari tekstil, wayang, mata uang, model perahu, litografi, foto, perhiasan, hingga senjata, pada kamis (2/1/2020) di Museum Nasional, Jakarta.

Upaya lainnya, pihaknya mengaku telah melakukan pembicaraan dengan beberapa museum di Eropa untuk pemulangan kembali beberapa koleksi benda bersejarah.  

"Sudah ada pembicaraan mengenai pengembalian koleksi-koleksi di museum di Eropa yang dulu dibawa kesana dan diperoleh dengan cara-cara tidak pantas," kata Hilmar.

Tidak pantas, terang Hilmar, diantaranya akibat karena perang, dijarah, dan sebagainya yang kemudian dibawa ke luar negeri.

"Di masukan ke dalam museum, dan biasanya untuk dilakukan riset," katanya.

Dari 1.500 koleksi yang dikirim kembali ke tanah air dari Belanda tersebut, tidak semua merupakan koleksi yang diambil dari cara yang tidak pantas. Beberapa koleksi yang hadir diakui berasal dari koleksi yang diperoleh dengan cara yang legal dan sah.

"Tapi ya mesti jujur, tidak semua hasil rampasan. Sebagian koleksi mereka peroleh dengan cara sah. Dan atas kesadaran museum-museum di Belanda untuk mengembalikan barang-barang ini, mulai dengan langkah mengembalikan 1.500 hari ini," terangnya.

Hilnar mengakui saat ini negara yang menjadi prioritas pengembalian koleksi bersejarah adalah Belanda. Namun, kedepan tidak menutup kemungkinan pembicaraan instensif akan dilakukan dengan negara eropa lainnya seperti Inggris dan Perancis.

"Prioritas Belanda, negara-negara lainnya juga sama. Dengan museum di Inggris juga sudah didiskusikan, tapi kita menyambut mereka terkait bagaimana cara dan konsep memperlakukannya karena mereka punya kesiapan itu," katanya.

"Yang relevan dengan sejarah kita, dan yang penting di sana masih ada barangnya," imbuhnya.

 

129