Home Kebencanaan Cuaca Buruk, Ratusan Nelayan di Tegal Menganggur

Cuaca Buruk, Ratusan Nelayan di Tegal Menganggur

Tegal, Gatra.com - Ratusan nelayan di Kota Tegal, Jawa Tengah tidak melaut akibat cuaca ekstrem yang melanda Laut Jawa dalam beberapa pekan terakhir. Mereka terpaksa menganggur.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal Riswanto mengungkapkan, nelayan baik perahu berukuran besar maupun kecil sudah sekitar sebulan tidak melaut karena cuaca buruk.

"Pertimbangan keselamatan, nelayan memilih tidak melaut. Kalau dipaksakan bisa membahayakan nelayan sendiri," kata Riswanto, Sabtu (4/1).

Riswanto menyebut, terdapat sekitar 400 kapal nelayan berukuran di bawah 10 gross ton (GT) yang tidak berangkat melaut. Sedangkan kapal berukuran di atas 30 GT, sebagian bersandar di pelabuhan, sebagian lagi sudah terlanjur berada di laut.

"Kapal di atas 30 GT yang sudah terlanjur melaut mereka juga tidak bisa beroperasi dan menepi ke pulau terdekat sambil menunggu cuaca membaik," kata Riswanto, Sabtu (4/1).

Akibat kondisi tersebut, Riswanto melanjutkan, nelayan tidak memiliki penghasilan. Sebab mereka tidak memiliki keahlian atau keterampilan khusus lainnya selain menjadi nelayan.

"Mereka tidak ada pilihan lain dan menganggur menunggu cuaca kembali membaik. Tentu ini akan berdampak pada perekonomian keluarga nelayan," ujarnya.

Menurut Riswanto, HNSI sudah memberikan himbauan kepada nelayan untuk mewaspadai gelombang tinggi di Laut Jawa. Dasarnya adalah surat edaran peringatan dini dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Kewenangan penerbitan surat ijin melaut ada di Syahbandar. Tapi kami sudah himbau agar nelayan waspada dan bersabar untuk tidak melaut dulu sampai ada pencabutan edaran peringatan dini dari BMKG," ucapnya.

Salah satu nelayan di Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Makmuri (50), mengaku sudah satu bulan lebih tidak melaut.

"Ombaknya sampai dua meter lebih. Kalau di tengah bisa sampai tiga meter lebih. Terpaksa tidak melaut," tuturnya, Sabtu (4/1).

Makmuri yang menggunakan kapal berukuran di bawah 10 GT dengan alat tangkap jaring juga mengaku tidak memiliki keahlian pekerjaan lain sehingga terpaksa berhutang ke warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Tidak bisa kerja lain. Jadi ya nganggur sampai sudah bisa berangkat melaut lagi. Paling memperbaiki jaring kalau ada yang rusak," ucap warga RT 09 RW 10 Kelurahan Tegalsari ini.

347