Home Internasional Saham Asia Anjlok, Harga Emas Sampai Minyak Melonjak

Saham Asia Anjlok, Harga Emas Sampai Minyak Melonjak

Shanghai, Gatra.com - Bursa saham di kawasan Asia telah dibuka melemah di zona merah, pada perdagangan Rabu (8/1). Hal itu karena harga emas dan minyak tanah yang kian meningkat, imbas dari konflik antara Amerika Serikat dan Iran yang semakin memanas.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah hingga 1 persen, segera setelah diperdagangkan di pasar saham Cina, degan indeks blue-chip Cina CSI300 turun hingga 0,56 persen.

Begitu juga dengan Nikkei Jepang, yang jatuh pada 2,2 persen dan saham Australia jatuh lebih dari 1 persen.

"Ini risiko klasik. Ini adalah tanggapan Iran terhadap pembunuhan Soleimani. Kita sekarang harus melihat apa tanggapan A.S. terhadap tanggapan Iran. Ini sepertinya bisa meningkat,” kata kepala ekonom Asia-Pasifik di ING di Singapura, Rob Carnell, dikutip reuters.

"Jika Anda melihat perbendaharaan AS bergerak sedikit pagi ini, perkirakan mereka akan naik sedikit lebih jauh seandainya ada respons kuat dari Amerika Serikat, yang saya bayangkan akan ada ... dari perspektif pasar, saya pikir yang ini bisa berlari dan berlari," ujarnya.

Sementara itu, pada Rabu (8/1) pagi, dolar AS tergelincir terhadap yen. Membuat mata uang Jepang itu menyentuh titik terkuatnya terhadap greenback sejak Oktober. Mata uang AS terakhir turun 0,28 persen terhadap yen di level 108,11.

Sedangkan Euro relatif tidak bergerak pada hari ini, bahkan cenderung mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen.

Untuk harga minyak mentah Brent melesat kembali di atas $70 per barel, kembali ke level tertinggi sejak pertengahan September, dan terakhir naik 3,59 persen pada $70,72 per barel. Minyak mentah AS melonjak 3,46 persen menjadi $64,87 per barel.

Melemahnya dolar juga membuat harga emas kian meroket. Pada hari ini, harga emas dipatok sebesar $1,602,39 per ons.

"Kamu bisa mendapatkan sentimen dari emas. Itu bertahan di atas $1.600, jika ada konfirmasi bahwa ada korban di AS, itu bisa lebih tinggi,“ kata seorang analis pasar senior di Gain Capital di Singapura, Matt Simpson.

"Jika itu terlihat seperti kita mendapatkan korban di AS, maka saya tidak berpikir Trump akan hanya mundur dan mengambil itu," katanya. 

“Perang Dunia III telah terjadi. Saya kira kita belum sampai di sana. Tapi itu terlihat seperti Irak II," tambahnya.
 

202

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR