Home Kebencanaan Banjir Berulang, DKI Jakarta Minim Lahan Resapan Air

Banjir Berulang, DKI Jakarta Minim Lahan Resapan Air

Jakarta, Gatra.com - Salah satu akar masalah dari bencana banjir yang baru-baru ini melanda wilayah DKI Jakarta disebabkan minimnya lahan resapan air. Arsitek sekaligus Ahli Perencana Kota dan Wilayah ITB, Jehansyah Siregar mengatakan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jakarta hanya 9%.

"Jakarta itu perlu 30%. [Beberapa] negara dunia membangun kota-kota baru dengan RTH minimal 50%. Sejong di Korea Selatan RTH-nya 50%. Itu RTH, belum Ruang Terbuka Biru (RTB) itu juga perlu 30%," katanya usai diskusi komunitas kopi ITB di Hotel Novotel Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (8/1).

Jehan menuturkan, Jakarta membutuhkan penambahan RTH sekitar 20% dan RTB sebanyak 30%. Akumulasinya, RTH ditambah RTB sebesar 50%. Menurutnya, hal tersebut baru memadai. Kurangnya ketersediaan RTH di DKI Jakarta membuat air dari curah hujan yang tinggi tidak dapat meresap dengan sebagaimana mestinya.

"Wajar saja Jakarta itu selalu kebanjiran karena memang terlalu banyak dipakai untuk bangunan, serta permukiman. Strateginya tidak bisa hanya sekedar dikasih uang tambahan kepada proyek pengairan untuk ganti rugi lahan, suruh mereka pergi," terangnya.

Secara tegas, Ia mengingatkan pemerintah, khususnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tidak hanya mengurusi masalah pengairan saja tetapi juga bertanggung jawab soal pemukiman.

"Ada dua direktorat jenderal di situ yang menghabiskan anggaran kurang lebih 20 T tiap tahunnya. Ditambah lagi ada Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW). Nah, mereka ini harus menghasilkan model-model pemukiman perkotaan yang baru, yang lebih tahan terhadap potensi-potensi bencana banjir," imbuh Jehan.

429