Home Politik Pengamat: Bukan Hanya Indonesia, Pengaruh Cina Mendunia

Pengamat: Bukan Hanya Indonesia, Pengaruh Cina Mendunia

Jakarta, Gatra.com - Pengamat Hubungan Internasional, Dinna Wisnu menghimbau masyarakat agar lebih bisa cermat dalam mengkonsumsi isu-isu hubungan internasional di platform media massa maupun media sosial.

Apalagi, saat ini isu hubungan internasional kembali menjadi topik terhadngat di beberapa media menyusul adanya peristiwa besar seperti eskalasi ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran serta permasalahan diplomasi Indonesia dengan Republik Rakyat Cina (RRC) tentang perairan Natuna.

"Isu Hubungan imternasional itu wajib dipahami semua orang, dan jangan sampai ada kesalahan persepsi. Kita harus lebih cermat melihat berita-berita di media, pembicataan yang diangkat oleh para politisi ketika mengangkat isu seputar negara mana saja yang dianggap berpengaruh," kata Dinna saat ditemui di Kawasan Menteng, Jakarta, Minggu (12/1/2020).

Apalagi Menurut Dinna, saat ini tidak dapat dipungkiri anda unsur politis ketika para politisi membicarakan tentang isu diplomasi di media.

Sehingga, menanggapi hasil survei yang dikeluarkan Lembaga Survei Indonesia (LSI) tentang pengaruh Negara di kawasan Asia, utamanya pengaruh Cina terhadap Indonesia, Dinna menilai masyarakat harus memahami bahwa dominasi Cina bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan sudah berskala dunia.

"Yang tidak bisa diabaikan, selain akses produk retail, produk lain itu banyak berasal dari Cina. Kepemilikan Handphone misalnya, dalam periode kuartal 3 2019 saja bukan lagi produk dominan dari sekutu ataupun dari Amerika itu sendiri, tapi dari produk cina," jelas Dinna.

Oleh karenannya, Dinna mengatakan sentimen negatif terkait dominasi Cina di Indonesia harus ditanggapi secara bijak. Karena saat ini pengaruh Cina bukan hanya kuat di Indonesia, bahkan sudah menyentuh beberapa negara di dunia seperti Italia, Arab, dan Turki. Artinya, siapa pun pemimpin negara di dunia tidak bisa dengan mudah mengabaikan dominasi Cina saat ini.

"Jadi penguasa manapun, artinya siapapun presidennya tidak bisa lepas kerjasama dengan Cina. Pilihan kerjasama dengan Cina itu pilihan realistis. Pertama, Cina cadangan devisanya banyaj sehingga potensi Investasi juga besar. Turki misalnya, Juni 2019 mereka dapat Uang Cash darii Cina sebesar 1 Billion USD. Jadi, banyak kerjasama karena uang Cina itu lebih likuid," pungkasnya.

1156