Home Olahraga Drama di Laga Olahraga Asia Tenggara

Drama di Laga Olahraga Asia Tenggara

Penyelenggaraan SEA Games ke 30 di Filipina kurang mulus. Panitia tidak siap, hingga terhalang bencana angin topan. Hari ke empat pertandingan, Indonesia masih di urutan ke empat.


“Jangan tinggalkan olahraga wushu. Terus berlatih untuk meraih prestasi terbaik,” begitu perbincangan terakhir Edgar Xavier Marvelo dengan sang ayah yang menjadi penyemangatnya melewati pertandingan wushu di arena SEA Games XXX di Manila Filipina, Selasa, 3 Desember lalu.

Pesan itu disampaikan ke Edgar pada Selasa dini hari, sebelum sang ayah, Lo Thiang Meng (Ameng), berpulang akibat sakit jantung.

“Saya memang sempat berbicara dengan papa sebelum alat bantu medisnya dicabut. Papa berpesan, agar saya tidak meninggalkan wushu dan tampil lebih baik lagi untuk bisa meraih emas pada SEA Games Filipina 2019," kata Edgar sembari menahan isak tangis kepada wartawan usai acara penyerahan medali di World Trade Centre (WTC) Manila.

Edgar memang sangat dekat dengan orang tuanya. Terakhir, sang ayah sempat menyaksikan ia tampil mempersembahkan 3 medali emas pada Kejuaraan Dunia Wushu di Cina 2019. Kedua orang tua Edgar sengaja datang ke Negeri Tirai Bambu untuk memberikan dukungan kepadanya.

Doa sang ayah tidak sia-sia. Berkat penampilan Edgar yang apik, tim wushu Indonesia mampu memenuhi target dua emas, dari nomor taolu.

Selain wushu, nomor angkat besi juga menyumbangkan emas untuk Indonesia. Hingga hari keempat SEA Games, Rabu, 4 Desember lalu, tim Merah Putih mampu meraih 12 emas, 20 perak, dan 22 perunggu.

Tim Merah Putih juga menorehkan sejarah karena untuk pertama kalinya bisa menjuarai kelas polo air putra sejak tampil kali pertama pada 1977. Di hari keempat, tim Indonesia berada di urutan keempat. Sebagai tuan rumah, Filipina masih memimpin di urutan pertama pengumpulan medali.

Meski pun begitu, pencapaian Filipina ini berbanding terbalik dengan kesiapan penyelenggaraan SEA Games yang dilakukan. Pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara kali ini memang diwarnai banyak drama.

Pihak tuan rumah kerap dituding tidak siap. Ini terlihat dari kesigapan panitia yang kurang baik dalam menyiapkan sejumlah fasilitas pendukung seperti venue dan berbagai infrastruktur.

Kontingen dari sejumlah negara mengeluhkan transportasi dan akomodasi. Para atlet luput dari sambutan di bandara, bahkan ditelantarkan. Timnas U-23 Timor Leste, misalnya, terpaksa menunggu tiga jam sampai akhirnya bus penjemput tiba.

Para pemain timnas Kamboja sempat telantar di bandara selama tiga jam, sebelum menunggu delapan jam untuk masuk ke kamar hotel mereka yang belum siap ditempati.

Foto para pemain yang tidur di lantai hotel tersebar luas di media sosial, beserta kiriman lain yang menggunakan tagar #SEAGamesfail dan #SeaGames2019.

Tim dayung kano dan kayak Indonesia belakangan terpaksa berlatih di kolam renang Hotel Camayan Beach, Subic, yang berlokasi sekitar 180 kilometer dari ibu kota Manila.

Tim sudah tiba sejak Sabtu, 30 November, dan terpaksa menempuh 8 jam perjalanan darat. Sebab tersendat proyek pembangunan jalan tol layang pelabuhan Manila. Belakangan, mereka tak bisa berlatih di air, sebab panitia belum menyiapkan tim penolong, sebagaimana terdapat dalam prosedur standar.

Latihan di air baru bisa dilakukan para atlet pada Senin, 2 Desember pagi hingga siang hari. Sementara itu, pada Senin malam, semua perahu diamankan di sebuah gedung bulu tangkis guna menghadapi datangnya badai.

Seperti diketahui, adanya angin topan Kammuri atau yang dikenal Badai Tysoy yang melanda Filipina, Rabu, 3 Desember. Mengakibatkan banyak cabang olahraga terpaksa diundur jadwalnya. Begitu pula dengan sejumlah penerbangan.

Mundurnya jadwal pertandingan cabor itu diumumkan Philipina SEA Games Olympic Committee (Phisgoc) secara resmi. "Adanya Badai Tysoy itu kan masalah force major. Jadi, kita akan coba melobi Phisgoc agar atlet Indonesia tidak lagi dikenakan biaya tambahan sebesar US$50 karena mundurnya jadwal pertandingan. Terutama biaya penginapan atlet," kata Chef de Mission (CdM) Kontingen Indonesia, Harry Warganegara.

Sebelumnya, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, tidak memungkiri kalau sejauh ini penyelenggaraan SEA Games 2019 tidak berjalan dengan baik. Saat upacara pembukaan pada Sabtu malam, 30 November lalu, dia menyatakan ketidakpuasan atas acara tersebut. Duterte pun menilai hal itu terjadi lantaran dana anggaran untuk SEA Games kali ini tidak digunakan dengan baik.

Chief Operation Officer (COO) Phisgoc, Ramon Suzara, mengatakan mereka hanya punya waktu delapan bulan untuk mendirikan bangunan baru dan memugar bangunan lama setelah anggaran untuk kompetisi, yang mencapai hampir Rp1,6 triliun dan baru disetujui pada April, bersamaan dengan penetapan APBN.

153