Home Hukum Korban Gusuran Tamansari Dianiaya Polisi di Dalam Ambulans

Korban Gusuran Tamansari Dianiaya Polisi di Dalam Ambulans

Jakarta, Gatra.com - Entah mimpi apa Enjo malam itu, di pagi hari saat membuka mata, ribuan aparat gabungan dari Satpol PP, Polisi, dan TNI telah mengepung kampung halaman tercintanya, Tamansari, Kota Bandung. Pada Kamis (12/12) pukul 06.00 WIB, Enjo harus berhadapan dengan masalah penggusuran Tamansari yang begitu pelik.
 
Dengan rasa gusar, demi mempertahankan tempat tinggalnya, Enjo memberanikan diri menghadapi lebih dari 1.200 aparat gabungan demi mempertanyakan maksud kedatangan mereka. "Maksudnya apa bawa pasukan segini banyak? Kalau mau gusur kami, surat tugasnya mana?" tanya Enjo pada Humas Satpol PP Kota Bandung, Muhammad Idris kala itu.
 
Tapi sayang, bukan jawaban yang didapatnya, dia malah dituding jadi provokator bahkan preman yang akan memicu kerusuhan. Ratusan aparat Satpol PP yang bertugas saat itu langsung meringsek masuk ke rumah-rumah warga Tamansari.
 
Baca juga: Rusuh Penggusuran Tamansari, 62 Anggota Polri Diperiksa

"Satpol PP masuk, memborbardir, membongkar paksa rumah-rumah kami. Barang-barang kami dikeluarkan tanpa izin," ujar Enjo saat mengisahkan pada Gatra.com di sebuah acara diskusi bertajuk Tamansari Melawan di Jakarta, Kamis (16/1).

Merasa perlu mempertahankan haknya, Enjo bersama warga Tamansari lainnya melakukan berbagai upaya untuk menghadang tindakan aparat ini. Akhirnya, bentrokan terjadi hingga berbagai tindakan represif dilakukan aparat.
 
Pria yang berprofesi sebagai seorang mekanik elektronik itu bahkan menerima pukulan bertubi-tubi dari para petugas Satpol PP. Padahal, Enjo hanya ingin mempertahankan hak asasinya sebagai warga negara Indonesia.
  
 
Dalam suasana ricuh, tanpa ragu, petugas mengoperasikan ekskavator untuk merobohkan rumah warga Tamansari. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula, masih dalam posisi dipukuli petugas, rumah Enjo jadi yang pertama dirobohkan.
 
Tidak hanya sampai disitu, kesialan yang menimpa Enjo terus belanjut dengan ditembakkannya gas air mata oleh pihak kepolisian dengan maksud membubarkan kerusuhan. Tembakan gas air mata yang mengarah ke pemukiman warga malah menimbulkan kebakaran hingga radius beberapa ratus meter.
 
Selesai kerusuhan, Enjo teringat akan keluarganya yang tengah mengungsi ke Masjid Al Islam di wilayah itu. Lagi-lagi nasib sial terus menghampirinya, saat ingin mendatangi lokasi pengungsian, Enjo ditahan pihak kepolisian dan tidak memperbolehkannya masuk. Meski telah menjelaskan bahwa ia warga Tamansari, bahkan menunjukkan KTP-nya, upayanya tetap tidak berhasil.
 
Tanpa basa-basi, polisi malah mendaratkan pukulan pada Enjo. Hampir seluruh tubuhnya terkena pukulan keras aparat yang seharusnya melindungi masyarakat.
 
"Jongkok kamu, lari kamu," Enjo meniru ucapan polisi yang memukulinya saat itu.
 
Dengan sangat terpaksa, Enjo lari menjauh dari tempat keluarganya berada. Miris, setelah mengikuti perintah polisi, Enjo malah dikejar gerombolan petugas kemanan itu. Akhirnya, ia kembali mengalami pemukulan hingga pipi bagian kananya robek.
 
"Kejadian yang ini di depan ATM Center Balubur Town Square. Saya dipukul sekitar lima sampai 10 orang. Saya rasa, pipi saya robek karena dipukul pakai senjata laras panjang," jelasnya.
 
Meski telah berusaha melindungi diri dengan tangan kurusnya, kucuran darah tetap mengalir dari pipi kanannya. Setelah menerima kekerasan ini, Enjo diseret ke dalam ambulans. Di sana, pipi kanannya yang terus mengucurkan darah ditutup dengan perban.
 
 
Alih-alih merasa aman di dalam ambulans, Enjo malah kembali mengalami tindak kekerasan. Kali ini, tindak kekerasan yang diterimanya lebih keji. Alat vital ia dihantam menggunakan tabung oksigen oleh polisi yang sebelumnya juga memukuli Enjo.
 
"Diancam lagi saya sama Satpol PP, pokokna Ajo sia ku aing dicirian, lamun kaluar ku aing beunang tingalikeun (pokoknya Ajo, kamu sudah saya tandai, kalau keluar pasti saja kejar)," jelas Enjo dalam logat bahasa sundanya.
 
Entah apa yang merasuki para petugas keamanan ini, tidak henti-hentinya mereka menindas Enjo. Ambulans belum bergerak sedikit pun, Enjo sudah harus ditarik lagi keluar hingga akhirnya kembali mengalami kekerasan. Enjo merasa akan kehilangan nyawa lantaran sempat kehilangan kesadaran akibat hantaman keras pada alat vitalnya.
 
Setelah darah bercucuran, barulah ia dibawa pergi dengan ambulans itu. Berharap mendapat perawatan medis, dalam kondisi mengenaskan, Enjo malah dibawa ke Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Bandung untuk diintrogasi.
 
Kala itu sekitar pukul 16.00 WIB, Enjo harus menjalani introgasi sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. "Saya dituduh salah satu dari 25 provokator yang diamankan ke Polrestabes," katanya.
 
Dua jam berselang, Enjo dibawa ke Ruma Sakit Umum Bungsu Kota Bandung untuk diberikan perawatan medis. Amat sial, tindakan medis untuk menjahit luka di pipi Enjo malah dihadang polisi dengan alasan akan dilakukan di RS Bhayangkara Kota Bandung. Akhirnya, ia kembali dibawa polisi menuju Rumah Sakit milik kepolisian itu.
 
"Di RS Bhayangkara akhirnya sampai jam setengah dua belas malam saya akhirnya baru pulang," jelasnya.
 
Hingga kini, bekas luka jahitan di pipi Enjo masih terus membekas. Trauma yang dialaminya terus terjadi setiap kali bercermin dan melihat pipi kanannya itu. Bahkan, kini Enjo tidak dapat berjalan dan hanya terduduk di kursi roda akibat kekejaman aparat dalam proses penggusuran tempat tinggalnya.
293