Home Teknologi Embun Upas, Musuh Petani Dieng yang Disukai Wisatawan

Embun Upas, Musuh Petani Dieng yang Disukai Wisatawan

Banjarnegara, Gatra.com – Embun es yang muncul pada Sabtu pagi (18/1) di kompleks Candi Arjuna Dieng bikin heboh warga Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Pasalnya, kemunculan bun upas sebutan petani untuk embun es ini adalah kali pertama terjadi pada musim penghujan.

Kepala UPTD Dieng, Aryadi Darwanto mengatakan lazimnya embun es muncul pada musim kemarau, saat puncak musim dingin di Dieng. Dan ini adalah embun es pertama yang tercatat muncul pada musim hujan.

“Ini yang pertama tahun ini dan yang pertama terjadi pada musim hujan,” katanya, lewat sambungan telepon, Sabtu malam (18/1). Dia menjelaskan, embun es menutupi sejumlah benda candi. Semak dan rerumputan pun berselimut embun es, walau tipis. “Suhunya sekitar satu derajat Celsius,” ucapnya.

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyo Ajie Prayodhie mengatakan berdasar hasil analisa BMKG, saat ini Provinsi Jawa Tengah memang sudah masuk musim hujan. Namun begitu, peluang terjadinya hujan sangat dipengaruhi oleh dinamika atmosfer dan banyak faktor, baik regional maupun lokal.

Fenomena frost yang terjadi pada Sabtu pagi disebabkan oleh turunnya suhu ke titik beku. Suhu turun ke titik beku akibat tidak banyaknya tutupan awan yang berpotensi hujan.

Energi panas matahari yang terpantul dari bumi langsung hilang ke atmosfer, sehingga tidak ada pantulan balik ke bumi. Kondisi ini jika terjadi terus menerus menyebabkan udara semakin dingin.

Embun es Dieng muncul pada Sabtu (8/1) di kompleks Candi Arjuna, Dieng, Jawa Tengah. (GATRA/Ridlo/re1)

“Perlu diketahui bahwa tanah lebih mudah menyerap panas dan lebih mudah melepaskan panas, ditambah lagi dengan topografi Dieng yang berupa dataran tinggi,” kata Setyo Ajie.

Setyo Ajie pun tak membantah embun es lebih berpotensi muncul pada kemarau. Pasalnya, saat kemarau langit cenderung tanpa tutupan awan. Akibatnya, panas akan lepas tanpa pantulan. “Fenomena ini acap kali muncul pada dinihari. Menjelang pagi hari biasanya sudah kembali normal,” ucapnya.

Menurut dia, beberapa hari terakhir Dieng memang lebih cerah dari biasanya. Kondisi ini memungkinkan panas permukaan bumi terlepas dan berakibat menurunnya suhu. Jika terjadi terus menerus, maka suhu akan semakin turun hingga titik beku.

“Masyarakat Jawa mengenalnya dengan istilah musim Bediding, di mana terjadi perubahan signifikan suhu,” dia menerangkan.

Setyo Aji mengungkapkan, banyak petani mengeluhkan munculnya bun upas lantaran berdampak buruk bagi petani sayuran di Dieng. Embun es menyebabkan bibit tanaman menguning dan mati.

Tetapi, di luar dampak negatifnya, fenomena bun upas berdampak positif untuk pariwisata Dieng. Embun es menarik para pelancong yang ingin mengabadikan fenomena langka ini. Kunjungan di objek wisata Dieng pun meningkat.

187