Home Politik Rektor UNU: Gus Dur Lengser, Reformasi Tak Seindah Cerita

Rektor UNU: Gus Dur Lengser, Reformasi Tak Seindah Cerita

Sleman, Gatra.com - Rektor Universitas Nahdlatul Ulama, Yogyakarta, Purwo Santoso menyatakan buku soal pemakzulan Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid 'Menjerat Gus Dur' punya poin penting untuk generasi muda. Elit politik semestinya tidak saling menggulingkan demi mendapat kemenangan dan kekuasaan.

"Poinnya adalah bagaimana kita berpolitik tetapi tidak dengan pecat-memecat, tidak dengan baper (bawa perasaan). Karena logikanya, logika menang-menangan, bukan untuk menyatukan Indonesia. Politik dengan logika menang-menangan itulah yang saya ingin garis bawahi," kata Purwo usai bedah buku 'Menjerat Gus Dur' di kampus Universitas Negeri Yogyakarta, Senin (20/1).

Purwo mengatakan buku yang ditulis oleh mantan jurnalis Virdyka Rizky Utama ini menjadi bahan literasi politik bagi publik. Salah satunya, kata Purwo, reformasi ternyata tak seindah cerita.

"Ini bahan untuk literasi politik anak muda. Menjadikan anak muda tertarik secara aktif untuk masuk dalam pemikiran politik. Yang paling penting, literasi politik tentang cara untuk bisa berpolitik dengan cara alternatif yang legowo, tidak nuntut-nuntut, tidak nyalahke (menyalahkan), dan entengan," ucap pakar politik dari Universitas Gadjah Mada ini.

Menurutnya, buku ini menjelaskan layar belakang pelengseran Gus Dur yang semula sekadar rumor. "Dari segi temuan, tidak ada temuan baru selain bukti yang nyata. Jadi yang tadinya rumor itu diinvestigasi secara mendalam sehingga menjadi riil," katanya.

Purwo berkata, pemakzulan Gus Dur sebagai presiden bak sejarah yang berulang. Pada 1950-an, pemerintahan juga menghadapi masalah pecat memecat di kabinet.

"Politik itu ya guling-mengguling itu dan reformasi itu isinya ya guling-mengguling itu. Nah, ada reformasi jilid pertama tahun 50-an yang mengusulkan pecat memecat. Itu terulang lagi di zamannya Gus Dur," paparnya.

509