Home Milenial Merdeka Belajar Mendikbud Nadiem, Harus Sampai ke Dikti

Merdeka Belajar Mendikbud Nadiem, Harus Sampai ke Dikti

Jakarta, Gatra.com - Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Doni Koesoemah  mengatakan kembalinya Pendidikan Tinggi (Dikti) kedalam susunan struktural Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuat pihak Kementerian harus dengan segera bertindak cepat, untuk mengintegrasikan perubahan birokrasi tersebut. Apalagi, saat ini banyak hal di sektor Dikti yang menjadi PR bagi Mendikbud Nadiem Makarim kedepan.

Menurut Doni, problematika di bidang Dikti menjadi penting dalam visi penumbuhan Sumberdaya Manusia (SDM) unggul. Karena dalam prosesnya, Dikti menjadi salah satu fundamental dalan proses pendidikan.

"Kita ini di Indonesia akses masih menjadi masalah. Contohnya, masalah di pengagguran itu bukan salah perguruan tinggi, karena ini terkait masalah ketersediaan tenaga kerja. Jadi ini masalah ekonomi makro. Tetapi, semakin banyak anak Indonesia masuk perguruan tinggi, itu membuat mereka lebih bermartabat dan bisa survive," kata Doni di Kantor BSNP, Jakarta, Selasa (21/1).

Doni mengaku dirinya tidak khawatir jika saat ini banyak pengangguran yang terdidik. Justru, yang mengkhawatirkan kedepan akan muncul pengangguran yang tidak terdidik. Pengagguran tidak terdidik justru akan mudah terjerumus dalam provokasi hoax, tindakan kriminal, dan sebagainya.

"Tapi kalau pengangguran terdidik, berarti yang harus diselesaikan adalah kebijakan makronya. Kemudian, harus dianalisis mahasiswa nganggur itu karena apa? Apa masalah kompetensi, kemampuan, pengetahuan, dan lain-lain. Di luar negeri contohnya, watu saya di Boston, itu tidak menulis skripsi, tesis. Tetapi hanya ujian komprehensif membuat tulisan 20 halaman, diuji, dan lulus," jelas Doni.

Kedepan, Doni berharap di sektor Dikti, ada perubahan kurikulum sistem. Saat ini pembelajaran di pendidikan tinggi justru beban administrasi makin banyak. Hendaknya Mendikbud dapat membawa semangat merdeka belajar yang didengungkannya ke perguruan tinggi.

"Jadi, di Perguruan Tinggi harus membelajarkan individu-individu dengan materi yang dibutuhkan. Contohnya, di tempat saya ngajar di Jurusan Ilmu Komunikasi, Critical Thinking hanya diajarkan di sana. Padahal itu basic yang dibutuhkan untuk seluruh jurusan," katanya.

194

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR