Home Teknologi Ikan Wader Dieksploitasi, UGM Ciptakan Alat Pemijah Khusus

Ikan Wader Dieksploitasi, UGM Ciptakan Alat Pemijah Khusus

Sleman, Gatra.com - Peneliti Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan teknologi pemijahan ikan wader (Rasbora lateristriata). Teknologi ini membuat ikan wader dapat dipanen dalam waktu dua-tiga bulan.

Sistem pemijahan ikan wader ini dikembangkan oleh tim Aquatic Research Group dari Laboratorium Struktur dan Pengembangan Hewan Fakultas Biologi UGM. Ketua tim Bambang Retnoaji menerangkan sistem ini tercipta karena prihatin atas tingginya eksploitasi pada ikan wader untuk dikonsumsi.

"Parahnya, eksploitasi ini tidak diiringi dengan konservasi berkelanjutan. Padahal pembiakan ikan wader di alam hanya berlangsung sekali dalam satu musim," kata dia di kampus UGM, Selasa (4/2).

Ia menjelaskan, sistem pemijahan ini telah dikembangkan sejak 2014. Perangkat pemijahan ikan wader pari terdiri dari rak pemijahan, akuarium utama, akuarium pemijahan, akuarium filter, dan sistem sirkulasi debit air. Akuarium pemijahan menggunakan ijuk sebagai media untuk ikan bertelur.

Pemijahan dilakukan di ruang tertutup bersuhu 25-30 derajat Celcius, periode cahaya dengan siklus 14 terang: 10 gelap, serta kualitas oksigen terlarut kisaran 6-8. Selain itu, ruangan juga harus punya pH 6,5-8 dan sirkulasi air berlangsung secara terus-menerus. "Pemijahan dilakukan mulai jam 16.00 sampai 07.00 keesokan harinya pada saat telur dipanen," ucapnya.

Bambang mengatakan sistem pemijahan ini dirancang untuk dapat digunakan di dalam dan luar ruangan sesuai kondisi. Dengan begitu, pemijahan tak bergantung pada musim dan dapat berlangsung setiap waktu. "Dengan teknologi budidaya ini, reproduksi ikan bisa berlangsung dua minggu sekali," ungkapnya.

Pemijahan dan budidaya massal ikan wader ini bekerjasama dengan petani ikan lokal atau gabungan kelompok petani di Kulonprogo, Sleman, dan Gunungkidul. "Kemitraan ini bisa melakukan pemijahan, pembesaran, dan penyediaan larva, pembesaran dan penyediaan benih siap tebar, pemeliharan dan penyediaan ikan siap panen usia 2-3 bulan dan penyediaan indukan usia 6-8 bulan," paparnya.

Selain itu, kerja sama pengembangan budidaya ikan wader pari secara insentif juga dijalin dengan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY pada 2020-2025. "Untuk produksi alat, satu unitnya sekitar Rp6 juta dan sudah mendapatkan hak paten. Semoga dengan kehadiran teknologi ini bisa mendukung upaya konservasi dan budidaya ikan wader pari di Tanah Air," katanya.

 

367