Home Ekonomi Tidak Sinkron Kebutuhan, Link and Match Wajib Dibenahi

Tidak Sinkron Kebutuhan, Link and Match Wajib Dibenahi

Jakarta, Gatra.com- Direktur Polman Astra, Tony Harley Silalahi mengkritik sistem link and match yang memerlukan beberapa perbaikan. Salah satunya seputar kualitas sumber daya manusia. Menurutnya, perlu ada pengembangan potensi bagi lulusan vokasi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Februari 2019, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia sebesar 5,1%. Sebanyak 3,3% berasal dari segmen lulusan SMK. Oleh karena itu, ia mengimbau agar dilakukan pembenahan.

“Mengenai potensi SDM, kita cukup besar. Keunggulan dari bonus demografi. Meski ada tantangan pengembangan sumber daya manusia. Ini sudah meng-address, tetapi didominasi low skill worker. Tantangan global ke depan, distruction perkembangan IT. Kita ketinggalan karena sulit mencari tenaga ahli di bidang IT. Akhirnya, kita kerja sama dengan universitas di bidang IT, ada kerja sama,” katanya di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (5/2/2020).

Tony menyebut, ketidaksinkronan kebutuhan industri dan sekolah yakni ketrampilan di bidang digitalisasi. Sebaiknya sekolah vokasi juga perlu memperhatikan kemampuan IT bagi siswanya. Selain itu, ia meminta Pemerintah menyiapkan link and match bukan hanya di vokasi, tetapi juga di taraf universitas.

“Dalam hal kerja sama, manfaat bagi keduanya. Diciptakan kolaborasi [menghasilkan] mutual benefit. Perlu membuat improvement, berapa benefit buat industri. [Persepsi perusahaan], kalau tidak diimplementasi, dianggap gagal. [Cobalah] cara membuat industri melihat penempatan mahasiswa magang [bermanfaat],” tuturnya.

Meski, untuk menampung lulusan vokasi dan universitas sekaligus dirasa cukup berat. Tony menuturkan, ini bergantung pada keuntunggan penjualan dan perkembangan kebutuhan tenaga kerja ke depannya.

“Dipengaruhi penjualan dan transformasi karena di semua perusahaan mengembangkan go digital. Beberapa kemungkinan kolaborasi Pendidikan dan industry. Perlu dikembangkan lebih lanjut terkait riset produk antara Polman dan anak perusahaan Astra,” ucap Tony.

Hal ini senada dengan pendapat Wakil Presiden Direktur Siloam Hospitals, Caroline Riady. Ia mengatakan, sebagian besar lamaran di bidang kebidanan. Padahal yang dibutuhkan perusahaan saat ini yaitu Tenaga Rekam Medis.

“Khusus Rekam Medis dibutuhkan, tetapi sulit sekali [jarang ada yang mendaftar]. Kita menyiapkan tenaga dengan dunia kerja yang berubah untuk masa depan, perlu fleksibilitas. [Nantinya ada] pemindahan Rekam Medis menjadi Rekam Medis Elektronik,” ujar Caroline.

Sebagai informasi, di seluruh jaringan Siloam Hospitals, ada 12.000 karyawan. Caroline menyebut, sebagian besar didominasi lulusan D3, S-1, dan S-2 Profesi. Sedangkan Astra Internasional memiliki tujuh lini bisnis dan terdapat 226.105 karyawan di 235 anak perusahaan. Sejumlah 63% merupakan lulusan SLTA.

104