Home Kebencanaan Tanam Pohon Jadi Syarat Permohonan Administrasi Kependudukan

Tanam Pohon Jadi Syarat Permohonan Administrasi Kependudukan

Karanganyar, Gatra.com - Pengguna layanan administrasi kependudukan diimbau menyukseskan gerakan penanaman pohon. Caranya, ketentuan itu dimasukkan sebagai syarat permohonan layanan.

Hal itu dikemukakan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo usai menanam bibit pohon di Bukit Mongkrang, Desa Gondosuli Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah tepatnya di petak 36 RPH Tlogodlingo BKPH Lawu Utara, Rabu (12/2). Menurutnya, masyarakat perlu dipaksa menyukseskan gerakan ini. Sebab, dibutuhkan kontribusi ekstra untuk mengembalikan kelestarian alam terlebih konservasi air.

"Perlu percepatan penanggulangan lahan kritis. Sampai Maret ini digalakkan menanam pohon. Upaya penghijauan dari pemerintah hanya 22 ribu hektare dengan 11 ribu tanaman. Itu terhitung kecil sekali. Padahal lahan kritisnya 300 ribu hektare," kata Ganjar.

Penanaman pohon yang disyaratkan dalam pengajuan administrasi kependudukan dianggap efektif memaksa gerakan itu. Seperti, syarat memohon akte kelahiran, perkawinan dan sebagainya.

"Orangtua wajib tanam pohon saat mendaftarkan akte kelahiran anaknya. Lalu yang mau menikah atau kenaikan pangkat, juga harus menanam pohon. Kalau yang ingin menikah ke kali kedua, menanam dua hektare," katanya disambut gelak tawa.

Penanaman ini diramaikan para komunitas peduli lingkungan seperti LMDH, AGL dan Komunitas Jaga Lawu. Terlihat pula Wabup Karanganyar Rober Christanto, Dandim Karanganyar Letkol Inf Andi Amin Latama dan Kapolres AKBP Leganek Mawardi.

Ganjar cukup selektif memilih titik tanam. Tujuannya menjaga tumbuhan bisa berkembang maksimal dengan memasang jarak tak terlalu dekat. Ia menyarankan jenis-jenis tertentu yang bisa menampung air.

Terkait banjir di lereng Lawu, ia menyebut hal itu akibat konservasi air berkurang. Pepohonan di hutan lindung ditebang tanpa reboisasi. Selain itu, pembuangan sampah sembarangan memperparahnya.

"Saya sampai kaget, kenapa Tawangmangu bisa banjir. Ternyata saluran drainasenya kurang bagus. Sudah saya minta untuk dibongkar dan diperbesar salurannya. Kuncinya menanam pohon dan kelola sampah," katanya.

Sementara itu, Ketua Relawan Gunung Lawu, Giyatno juga mengusulkan penanaman pohon harus memiliki mitos. Hal itu dinilai efektif mengingat banyak masyarakat di lereng Lawu yang masih percaya pada mitos.

"Sebab yang memanfaatkan lahan itu masyarakat. Selama ini mereka menebang pohon untuk memanfaatkan lahan. Jadi sosialisasi dan edukasi harus ditingkatkan. Kalau bisa, pohon yang ditanam juga yang bermitos misalnya beringin, pereh, bulu. Sehingga, masyarakat takut untuk menebang," tandas Giyatno.

282