Home Gaya Hidup Sayur Gilang Pati, Mulai Langka Digempur Kuliner Modern

Sayur Gilang Pati, Mulai Langka Digempur Kuliner Modern

Pati, Gatra.com - Kabupaten Pati yang wilayahnya mencakup daerah pegunungan hingga pesisir pantai, berpengaruh besar dengan keragaman kuliner tradisional yang dimiliki, sebagai salah satu kekayaan peninggalan nenek moyang.
 
Kuliner khas pesisir yang sangat kental di telinga adalah Mangut Kepala Manyung, tetapi selain kuliner primadona tersebut, ada satu kuliner yang jarang diketahui khalayak banyak, bahkan masyarakat Pati sendiri, adalah Lodeh Sayur Gilang.
 
Sesuai namanya, sayur ini berbahan baku daun gilang. Daun dari tumbuhan sejenis krokot yang biasa dijumpai di pingir pertambakan. Oleh masyarakat Desa Sambiroto, Kecamatan Tayu, Pati, biasa diolah menjadi aneka kuliner, satu di antaranya lodeh sayur gilang yang cocok untuk bersantap siang.
 
Uniknya, masyarakat sekitar meyakini sayur gilang mempunyai khasiat yang luar biasa bagi kesehatan yaitu menurunkan kolesterol. Sayur gilang biasa dijadikan bahan baku untuk sayur lodeh, oseng dan kulup.
 
"Memang kebanyakan dijadikan lodeh, tetapi tidak jarang dijadikan oseng dan kulup. Rasanya enak dan menyehatkan," kata Marfuah warga Desa Sambiroto, Jumat (14/2).
 
Tumbuhan gilang biasa tumbuh subur di pinggir tambak yang dekat pesisir. Untuk membuatnya, daun perlu dipisahkan dari batang karena hanya bagian daunnya saja yang dibutuhkan. Daun kemudian dicuci dengan air bersih dan direndam dengan air panas selama setengah jam lamanya. Setelah itu, daun kemudian direndam di air dingin.
 
"Direndam dengan air dingin, lalu cuci hingga lima kali untuk menghilangkan rasa asin karena memiliki rasa yang asin, jadi harus berkali-kali dicuci," jelasnya.
 
Setelah itu, bumbu sayur lodeh dan udang disiapkan. Memasaknya sama seperti memasak sayur lodeh pada umumnya. Hanya saja yang membuat beda, yakni lodeh sayur gilang memiliki rasa yang sangat nikmat dan gurih.
 
Sayangnya, kuliner sayur gilang yang merupakan warisan nenek moyang ini, mulai jarang ditemui bahkan oleh oleh warga Desa Sambiroto sendiri. Mengingat, semakin berkembangnya kuliner lain yang lebih modern.
855