Home Kesehatan Ratusan Babi Mati, Pemkab Mentawai Bentuk Tim Atasi ASF

Ratusan Babi Mati, Pemkab Mentawai Bentuk Tim Atasi ASF

Padang, Gatra.com - Ratusan ekor babi yang mati mendadak dalam waktu singkat di Pulau Sipora, Kabupaten Mentawai beberapa hari lalu, diduga terjangkit demam babi Afrika atau dikenal dengan sebutan virus African Swine Fever (ASF).

Terkait dugaan itu, pemerintah daerah setempat akan segera membentuk tim pengendalian virus ASF tersebut, khususnya di Pulau Sipora. Kemudian sekaligus juga melakukan sosialisasi dan memulai pembinaan kepada peternak babi yang masih sehat agar tidak tertular virus ASF.

 Pernyataan itu disampaikan Wakil Bupati Mentawai, Kortanius Sabeleake melalui Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Mentawai, Zakirman pada Kamis (13/2), bahwa pihaknya juga akan segera mengeluarkan surat edaran terkait pelarangan babi keluar dari Pulau Sipora selingkungan Mentawai.

"Area babi yang tertular ASF itu di belakang kantor pajak, Mapaddegat, Sioban, dan Saureinuk. Kalau area babi yang masih sehat dan belum tertular itu di Betumonga, Beriulou, dan Bosua," terang Zakirman saat informasi diterima Gatra.com, Jumat (14/2).

Selain itu, demi menanggulangi virus ASF, pihaknya juga akan melarang babi dari luar masuk ke Mentawai kalau tidak ada dokumen karantina. Termasuk melarang masyarakat membawa hewan pembawa virus rabies, seperti anjing atau kucing. Salah satunya bekerjasama dengan Dinas Perhubungan, Polres, dan Kodim setempat.  

Sebelumnya, fungsional medic Veteriner Ahli Madya Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian, Abdul Rachman menerangkan, penyerabaran suspect virus ASF pada babi bisa disebabkan distribusi dari luar daerah tertular secara ilegal. Kendati begitu, virus ini tidak menular ke manusia.

Abdul menerangkan, gejala babi yang terserang virus ASF di antaranya adanya demam tinggi, kemerahan di telinga, dan kebiruan pada pangkal paha. Ketahanan virus ASF dalam daging babi bisa mencapai di atas 100 hari, dalam suhu dingin hingga 1.000 hari, dan dalam feses bisa 11 hari.

Virus ASF ini muncul sejak 1920 di Afrika, menyebar ke Eropa, Amerka, dan Asia. Tahun 2019 masuk ke Cina, Vietnam, hingga Sumatra Utara. Hingga saat ini belum ada vaksin menyembuhkan babi dari virus ASF, terang Abdul saat sosialisasi di Tuapejat, Sipora.

Sementara Kepala Seksi Karantina Hewan Balai Karantina Pertanian Kelas I Padang, Agus menyebutkan pihaknya selama ini mengawasi dan memeriksa lalu lintas hewan dari Kota Padang ke Mentawai. Terutama ke Tuapejat di pelabuhan Muara Padang, Teluk Bayur, Bungus, dan Bandara Internasional Minangkabau (BIM).

253